Ibu

Posted: Selasa, 16 Maret 2010 by Divan Semesta in
5

Saya baru memahami benar makna vertigo, yang diucapkan Bono, frontmannya U2. Sebuah band besar yang vokalisnya pernah dinobatkan sebagai saint ketika tubuh saya hilang keseimbangan, usai melakukan senam.

“Kok minggu lalu sy tidak seperti ini?”
“Minggu lalu, senamnya cuma sebentar,” ucap seorang rekan.

Dan saya pun baru tahu bahwa senam yang sy lakukan di latihan yang kedua ini, konon, tidak ada separuhnya dengan durasi senam yang seharusnya dilakukan.
Baru setenganya saya sudah sekarat begini. Mual dan tubuh serasa melayang. Perasaan itu muncul saat saya usai melakukan gerakan yang mirip dengan posisi awal goyang kayang. Akibatnya kerjaan saya hanya memperhatikan saja. Kalaupun pukul-pukulan, itu cuma sedikit, tidak masuk hitungan

Latihan selesai jam 11 malam.

Dengan menelan suplemen sy pikir keesokan harinya pusing ini hilang. Setelah ditunggu, ternyata situasi ini bertahan hinggal lima hari. Dokter menyatakan saya terkena vertigo.

“Bu, saya nggak masuk kerja, saya kena vertigo,” kabar saya pada atasan melalui sms.
Tak lama kemudian pesan jawaban masuk. “Kok bisa gitu? Are you stress?” tanyanya.

Saya bilang, nggak Bu. Karena faktanya saya memang tidak stress urusan pekerjaan. Pekerjaan saya menyenangkan dan kalaupun ada yang sulit saya anggap itu sebagai tantangan, bukan beban. Saya beritahu dia, jika beberapa bulan ini saya rajin olahraga. Seminggu tiga kali berenang. Dua kali keliling kolam renang yang lumayan besar. Usainya saya berlari di dalam air sampai hitungan seratus, lalu memukul 100 kali, angkat badan seratus kali, dan situp seratus kali.

Kata sahabat saya latihan seperti itu tidak bisa menghasilan asupan oksigen yang baik buat dada. Saya percaya saja, tapi saya pun percaya latihan yang saya lakukan bisa menganulir resolusi yang saya buat hampir lima tahun lalu bahwa saya akan menjadi penulis mahsyur di Indonesia pada saat umur saya mencapai tigapuluh.
Sebentar lagi umur saya tiga puluh. Sebuah aforisma mengatakan bahwa jika fakta tidak bisa kamu rubah, maka kamulah yang harus merubah dirimu. Ok, saya menyerah karena tidak mungkin saya mencapai kemahsyuran hanya dalam hitungan enam bulan kedepan.

Akhirnya resolusi itu saya ganti. Diumur tiga puluh perut saya harus six pack. Resolusi itu sudah mulai tampak, namun akhirnya vertigo yang saya derita membuat target yang ingin dicapai melambat. Dan atasan saya pun mencela, “makanya, Divan (ini nama palsu) kalau olahraga jangan lebay!”
OMG ternyata saya memang lebay dalam urusan bentuk membentuk badan. Dan Lima hari kehilangan keseimbangan bukan hal yang mudah. Saya kuat menahan mual atau pusing, perih pun demikian, tapi untuk keseimbangan ini, saya banyak mengeluh pada Ira, istri saya. “Haduh, keleyengan De!”

Dini hari kemarin, saya sempat kepikiran kalau anak-anak saya adakalanya merupakan cermin masa lalu saya, ya cermin masa lalu kita. Dulu kita seringkali mengeluh, menyatakan sakit kita pada orang tua. Seribut-seberantem-berantem-nya Nyawa dengan ibunya, kalau nangis dari mulut anak pertama saya itu, yang keluar pasti perkataan, “Mandaaaa, Mandaaaa!”

Bukankah kita juga demikian? Dulu waktu kita jatuh, waktu kita luka atau dilukai, waktu kita sakit hati, waktu kita sedih dan menangis, teriakan yang pertama kali keluar pasti “Mamaaaa!” atau “Ummiiiii!, Emaaaa! Ibuuuuu!”
Ternyata meski sudah sedewasa ini, kita tidak benar-benar melupakan ibu, dalam artian kita tidak benar-benar menghilangkan rengekan manja kepada Ibu. Kita hanya mengalihkan rengekan itu.

Dari sekian banyak hikmah yang saya dapat dari hikmah hidup berpasangan, saya baru menemukan bahwa ternyata Allah memberi pasangan hidup, mengirimkan sesosok istri buat saya sebagai pengganti rengekan kepada ibu yang merupakan hal yang naluriah.
Saya katakan naluriah karena memang sifat dasar kita ialah meminta perlindungan dan membutuhkan persona untuk mendengarkan keluhan. Tak heran, berkenaan hal yang naluriah ini, menjelang menit-menit kematian, seorang pemuda --yang saya lupa kasusnya apa-- menyalakan telepon selularnya. Dan tahukah siapa yang dia ingat? Siapa yang oleh pemuda perkasa itu ingin dengar dan ia mintai restu saat ia merasa ajal akan menjemputnya? Tak lain ibunya

5 komentar:

  1. Anonim says:

    sebenarnya divan dah jadi penulis termasyur. Coba aja ketik : divan semesta di google search engine. Hasilnya ada 5830 result.

    Kurang termasyur bagaimana he2.

    hasan
    www.gangdelima40.multiply.com

  1. Gang delima :p.
    Adhiba... dibuat cerita bersambung tentang rainbownya.. masukin ke penerbit.

  1. Yuni Zai says:

    six pack?
    hehehe...

  1. udah empat, four pack, tinggal dua lagi lho. rada jijay sih tapi bukankah itu kegiatan yang positif untuk menghilangkan waham?

  1. Yuni Zai says:

    yang penting sehat saja sudah syukuuuuuurrrr...

be responsible with your comment