Ana adalah Muhammad. Aku adalah Muhammad!

Posted: Minggu, 12 Oktober 2008 by Divan Semesta in
0

Seorang lulusan Oxford bertanya:

“Apa makna ana dalam syahadat? Apa makna ana dalam syahadat itu sama dengan ana aku.”
Ia pun kemudian melanjutkan. “Jika ana itu aku, berarti ana Muhammad, bermakna aku adalah Muhammad.”

Lulusan Oxford itu bertanya pada temanku. Dan temanku bertanya padaku.
Lantas aku berpikir bahwa seseorang harus “menjadi” Muhammad dalam kehidupannya.
Aku adalah Muhammad bukan berarti aku duplikat Muhammad, kloningnya penghulu para rasul yang mulia itu.

Aku seharusnya berusaha.

Ana harus tekun menyerupai tingkah laku al Amin.

Jika tidak --dan sejujurnya tak mungkin bisa karena sejarah hidupku kacau balau, dan aku baru melakukan start, maka dengan sisa bonus umurku yang tanpa garansi ini--, aku harus berusaha menjalani apa yang dilakukannya, bersusah payah untuk memasukan ajarannya ke dalam kehidupanku.

Hal ini sepertinya cocok dengan konsepsi Budhisme yang pernah kupelajari. Bahwa didalam aliran Budha terbesar ada statement yang mengatakan “Jadilah Budha!” Budha adalah Nirwana. Nirwana adalah kondisi tercerahkan.
Bukankah suasana cerah selalu menentramkan?

Ah, Budhisme memang berbeda dengan Islam, tetapi ada beberapa ajarannya yang memiliki irisan dengan pemaknaan yang kucari di dalam khasanah keyakinan yang kuanut ini.

Tapi harus kuakui itu hanya pemaknaan.

Lantas, tahukah selanjutnya apa yang kutemukan?

Aku menelepon sahabatku …

“Ri, ana dalam syahadat sama nggak dengan ana dengan penyebutan aku dalam bahasa Arab?”

Dan dengan jelas dan yakinnya dia mengatakan.

“Jelas beda. Ana dalam syahadat yang bermakna sesungguhnya menggunakan susunan alif nun. Jadi a---n---n---a bukan a---n---a. Sedangkan ana bermakna aku susunan hurufnya alif nun alif.”

“Lu yakin?”

“Insya Allah yakin!”

Hm, hm. Inilah titik penting mempelajari bahasa Arab untuk menjelaskan kebingungan yang aku dan temanku dapat.

Untungnya aku dan temanku itu tidak sok tahu seperti Darmogandul dan Ghotoloco.
Untunglah kami sama-sama berpikir fair, bahwa ada permainan grammar di dalam anna.
So… anaa Muhammad?

Tidak! Anaa Fajarullah
And who’s beside me?
Al Arief Muchlis
Dan siapakah Kamu?
Sudah terdevinisikankah dirimu?

(di sebuah Gazebo)

0 komentar:

be responsible with your comment