Adebolajo The Barbarian?

Posted: Kamis, 23 Mei 2013 by Divan Semesta in
0



Ada teman saya, entah kenapa dia memintakan nama untuk anaknya. 

Karena kebetulan anaknya itu laki-laki maka yang terlintas adalah sosok pemberani yang saat ini sedang ramai diberitakan. Lantas saya usulkan: "Gimana kalau Adebolajo!"
Dia gogodeg alias geleng-geleng kepala. 

Michael Adebolajo memang saat ini dikesankan bar-bar karena menabrak, lalu  memenggal kepala veteran tentara Inggris yang dikirim Afghanistan. Tapi logikanya pun sy pikir juga syar'i, masuk akal?

Begini...

Bagi kita, yang jihad pun tidak, masakkan menjelek-jelekkan tindakan Michael Adebolajo yang menunjukkan pembelaan thd kaum muslimin. 

Kita sudah hebat menunjukkan solidaritas? Ah paling-paling cuma mengencam pembunuhan yang terjadi di Afghanistan lalu. Kita membenci Amerika, Ingrris dan sekutu-sekutunya, ya. Jika ada tentara Amerika atau tentara Inggris yang lagi vakansi di Bali, di Bogor, di Depok, Bandung apakah kita akan menuntut balas nyawa kaum muslim yang pernah korpsnya habisi di Afghanistan? Boro-boro. Ngeludah juga belum tentu berani. Dah cuma segitunya 'pembelaan', ngejelek-jelekin pula. Jangan-jangan kita masuk ke dalam golongan orang munafik. Ih.

Ya, secara manusiawi memang mengerikan tindakan Michael Adebolajo, tetapi itulah perang. Tidakkah perang yang dilakukannya, --dan seharusnya dilakukan pula oleh kita terhadap non sipil tentara pendudukan dimanapun berada-- lebih sadis ketimbang pembantaian yang dilakukan menggunakan senapan mesin, bom-bom pesawat terbang? Tidakkah kita melihat apa pula yang dilakukan Lee Rigby beberapa tahun lalu saat di Afghanistan? Tujuan dia pergi untuk apa? Untuk menjamin perdamaian? Untuk apa masuk ke negara orang? Inilah dusta. Atau setidaknya jika dia adalah tentara muda lugu, yang sudah sama-sama kita tahu bahwa pemerintah Inggris dan sekutunya terutama Amerika menyerang Afghanistan adalah memang untuk menegakkan New World Order. Sehalus apapun kata-kata yang mereka digunakan, tidak bisa menghilangkan fakta bahwa mereka melakukan ekspansi, menjajah dan membunuh ratusan ribu anak-anak, manusia.  Lantas untuk apa Lee Rigby pergi ke Afghanistan. Ya, untuk perang.

Kelihatan menyedihkan apa yang dialami Lee Rigby, tapi ya memang seperti itulah ketika dia pernah terlibat dalam perang. Maka tepatlah apa yang disampaikan Michael Abolajo, bahwa darah dibalas darah. Dan yang dilakukannya pun sudah adil, karena ia menargetkan tentara, bukannya sipil.

Hm, membela Abolajo memang sulit. Apalagi dari sisi penampakan Abolajo jauh kalah cakap ketimbang Lee Rigby. Dan memang seperti itulah logika dunia saat ini berkata: yang tampan tentu lebih dikasihani, dan sialnya banyak tentara Amerika dan Inggris, yang membantai saudara-saudara kita di belahan bumi sana, tampangnya tampan-tampan seperti Boys Band.


0 komentar:

be responsible with your comment