Dua tahun sebelumnya, album nasyid yang pada tahun 2010 silam.
Sebelumnya, pada tahun 2008, album nasidnya yang bertajuk Patience juga
laris di pasaran.
Berbagai pentas sudah dilaluinya. Ia telah tampil di sejumlah negara,
seperti di Eropa, Kanada, Afrika Selatan, Kuwait, Qatar, dan India.
Abdullah juga sering muncul di stasiun televisi besar seperti
Al-Jazeera, Peace TV, Islam Channel, S-Channel, dan Iqra.
Selain fokus menyiarkan dakwah Islamiyah lewat nasyid, Rolle pun
serius mengelola studio, menjadi produser, mengerjakan jingle dan
memberikan materi untuk beragama program acara. Di balik pencapaiannya
yang begitu cemerlang, Abdullah Rolle ternyata adalah seorang mualaf.
Ia terlahir dari keluarga Kristen. Rolle mengaku mengenal Tuhan
dari ibunya. Sang ibu selalu menceritakan kepada tentang Tuhan, tapi
tidak pernah benar-benar mengajarkan tentang ketuhanan. Dia menjalankan
kegiatan ibadah di gereja tanpa mempertanyakan apapun. Rolle memeluk
Kristen karena memang dilahirkan dari keluarga Kristen.
Bakat musiknya sudah tumbuh sejak kecil. Di usia dini, ia belajar
piano dari sang kakak. Dia belajar musik di London dan selalu datang di
workshop musik untuk mendapatkan ilmu dan kesempatan guna menunjukan
bakat bermusiknya. Sampai pada umur 17 tahun, dia masih berkutat dengan
berbagai alat musik.
Ketika banyak orang menganggap suaranya enak untuk didengar, Rolle
mulai percaya diri untuk bernyanyi. ‘’Suatu hari saya datang di sebuah
workshop, saya ambil mikrofon, lalu saya menyanyi. Ternyata banyak yang
menyukai suara saya. Pada saat itulah saya mulai bernyani,’’ ujarnya
seperti dikutip laman www.islamonline.net.
Dia menghabiskan waktu selama tiga tahun untuk belajar olah vokal.
Lama-kelamaan bakat musiknya mulai terasah. Hingga kini, Rolle telah
mendedikasikan dirinya dalam bidang musik selama 20 tahun. Pada tahun
1980-an sampai 1990-an, dia banyak berkeliling ke London, New York, Los
Angeles, dan Toronto untuk menjalin kerja sama dengan perusahan rekaman
besar dan artis-artis terkenal.
Salah satunya bekerja sama dengan Run DMC, salah satu grup musik
hip-hop dari Amerika. Pada tahun 2001, MTV sempat menobatkan Run DMC
sebagai grup musik hip-hop terbesar sepanjang masa.
Setelah berkeliling ke berbagai benua, mencari uang dan ketenaran,
pada 2002, Abdullah kembali ke London dan membuat perusahan rekamannya
sendiri. Dengan perusahaannya itu dia mencoba bekerja dengan berbagai
kelompok masyarakat, terutama anak-anak muda. Ketika itu, Kristen masih
menjadi agama yang dianutnya.
Hidayah
‘’Hingga suatu saat ketika saya akan pergi ke studio ada seorang Muslim
yang mendekati saya dan mengajak berbicara soal Muhammad dan Allah,”
ujarnya dalam sebuah sesi wawancara dalam acara The Deen Show. Pada
awalnya dia tertarik untuk mendengarkan penjelasan dari seorang Muslim
yang tidak diketahui asalnya itu.
Namun, karena harus mengejar waktu rekaman, dia terpaksa
meninggalkannya. Saat itu, Rolle tak terlalu memperhatikan pembicaraan
tersebut. Namun, seiring waktu, pesan-pesan tentang Allah dan
Rasulullah SAW itu selalu terngiang-ngiang dalam ingatannya.
Ketika pindah ke London bagian timur bersama keluarganya, Rolle
sering mengunjungi toko buku bernama ‘’Dar Assalam’’ di daerah West End.
Toko itu bisa memuaskan keingintahuannya. Melalui buku-buku pula, Rolee
mengetahui apa yang sedang terjadi di dunia ini serta
konspirasi-konspirasi yang terjadi.
Beberapa kali pengelola toko buku itu memberikannya booklet tentang
Islam. Setipa mendapatkannya, Rolle tak pernah membacanya. Ia hanya
menaruhnya di dalam laci. Ia akhirnya tergerak untuk mengenal Islam,
ketika Amerika menginvasi Irak.
Rolle mengaku mulai menaruh simpati pada umat Islam. Dia melihat
bahwa dunia seringkali menyerang Islam dan Muslim. Tak hanya itu,
media-media Barat juga kerap kali menuding Islam sebagai sumber
teroris. Ia pun mulai mencari jawaban mengapa Islam selalu disudutkan.
Beragam pertanyaan soal Islam mulai bermunculan dalam pikirannya.
Pembicaraannya dengan seorang Muslim ketika akan bertolak ke studio
rekaman muncul kembali. Jiwanya mulai mencari-cari jawab atas
pertanyaannya. Lagi-lagi Abdullah pergi ke toko buku langganannya itu.
Kali itu anaknya ikut bersamanya. ‘’Saya ingin mendapatkan sesuatau
untuk jiwa saya. Buku-buku ini tidak banyak membantu,’’ ujarnya kepada
anaknya. Lalu sang anak menunjuk sebuah DVD berjudul What is The Purpose
of Life yang dibuat oleh Khaled Yaseen.
Tertarik dengan DVD itu, dia meminta kepada pengelola toko buku untuk
memberikan volume ke 2 dan setelahnya. Namun tidak diberikan. Pengelola
toko itu menyarankan untuk memahami dahulu apa yang adalah volume
pertama itu.
Sekembalinya di rumah, dia merasa harus mempersiapkan diri sebelum
menonton DVD itu. Mental dan fisiknya kemudian disiapkan. Ia lalu
memutar kepingan DVD itu. Jiwanya merespons perkataan Khaled Yaseen
tentang Islam sebagai sesuatu yang benar. Yakni tentang konsep Tuhan
yang satu, Allah SWT.
Logikanya mulai menerima setiap pesan-pesan yang disampaikan, hingga
bagian tentang shalat lima waktu. Saat itu dia berhenti. Dia merasa
dengan kegiatannya di studio rekaman yang bertumpuk, tak mungkin untuk
menunaikan shalat. Namun, hati kecilnya tak dapat berbohong. Rolle
benar-benar kepincut dengan Islam.
Ia ingin menjadi seorang Muslim. Namun, saat itu, kewajiban shalat
lima waktu masih mengganjalnya. Pertarungan sengit dalam dirinya
berulang kali terjadi. Shalat berarti harus mau belajar bahasa Arab dan
menyisihkan waktu untuk melakukannya lima kali dalam sehari.
Selama dua minggu dia bertarung dengan dirinya soal tiang agama Islam
itu. Sampai istrinya datang dan membawa DVD berjudul One Islam dari
Syekh Fiez. DVD itu bercerita tentang kekuasaan Allah, kematian, dan
hari akhir. Tidak ada satupun manusia yang bisa memprediksikan kematian.
Bisa saja dalam beberapa detik ke depan seorang manusia meninggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
be responsible with your comment