Kesombongan Ruang Ber-AC

Posted: Rabu, 04 Mei 2011 by Divan Semesta in
0


Abu Mushab Al Zarqawi selaku petinggi Al Qaida yang telah wafat beberapa tahun lalu. Sosok yang mengaum, sosok ksatria nan gagah yang memiliki pejuang bersenjata lebih dari 25.000 mujahidin itu acapkali di fitnah oleh media. Entah media local (yang tentunya mengutip media luar), ataupun media internasional seperti BBC atau Reuters yang acapkali menyebut beliau sebagai orang barbar, orang yang memiliki tindak tanduk dan kebringasan tanpa syarat: menyemblih siapapun yang mampu ditemukan, menggasak harta siapapun tanpa membedakan, mengirimkan bahan peleledak dan menyusupkannnya kepada banyak orang yang dikatakan tak berdosa di pasar-pasar tak peduli apakah mereka muslim atau non muslim yang tidak memerangi.

Benarkah informasi yang selama ini media sampaikan ke kita? Mari, saya kutipkan kata-kata Abu Mushab dalam Buku Kalau Bukan Jihad Apa Lagi Hlm. 199 :
“Di negeri dua aliran Sungai terdapat banyak sekte. Ada sekte Shabi’ah ada Yazidiyyun para penyembah setan, Kaldaniyyun, ada Aasyuuriyyun. Kami sama sekali tidak akan menyakiti mereka dan tidak akan mengarahkan moncong senjata kami kea rah mereka meskipun mereka adalah kelompok yang sama sekali tidak memiliki hubungan dengan Islam. Akan tetapi kami belum melihat mereka ikut memerangi dengan tentara Amerika dan sekutunya untuk memerangi Mujahidin dan kami juga tidak melihat mereka memainkan peran yang memalukan seperti halnya dengan yang dilakukan dengan kaum Rafidah (yang bekerja sama dengan Negara Penjajah).”

Masih di buku yang sama, Abu Mushab menggambarkan ketika banyak media, banyak ulama yang buruk rupa menuduh Al Qaida menaruh bom-bom di setiap jalan yang ada di Iraq, maka dalam testimoninya, Abu Mushab, orang ke-empat Al Qaida menyatakan bahwa sering kali dalam operasi-operasi menanam ranjau (bom) mujahidin Al Qaida urung melaksanakan aksinya karena jalan tersebut seringkali dilalu-lalangi kendaraan kaum muslim dan orang-orang yang tak memerangi.

Dalam melancarkan aksinya mereka benar-benar professional. Memilih siapa yang harus dipilih (tidak seperti bermain ceki, dadu atau judi), benar-benar focus dan efisien.
Karena itu, para sahabat, jangan telan mentah-mentah informasi media massa.
Bersikap skeptis, di masa carut marutnya informasi bukan hanya perwujudan kedewasaan tetap adalah juga sebentuk mewahnya kebijaksanaan.

Bacalah buku-buku, statement-statement dari sumbernya. Jika media menyatakan Usamah bin Ladin adalah bapak keburukan, jika pemerintahan masa lalu Taliban dianggap pemerintahan tak berbelas kasihan, maka pertanyakanlah mengapa Ivone Ridley memeluk Islam usai media mengatakan ia diculik dan disekap mujahidin Taliban dan Al Qaida.
Mengapa dan mengapa. Sudahi. Sudahilah kebodohan, ketidak fairan kita. Atau paling tidak tahanlah lisan kita, karena sampai saat ini aku dan Kamu tidak bisa berbuat banyak hal.

Aku tak memiliki keberanian seperti mereka (para jihadis) Keimananku masih tipis. Aku hanya seorang pekerja yang tak mengetahui perih dan berharganya perjalanan seorang mujahid yang memanggul senjata di bahunya, dan menembakkan peluru dengan haq (dengan berbagai persyaratan).

Jika Kamu masih seperti ku, jika kehidupanmu hanya berkisar di lingkup duniawi, atau –seandainya-- kamu pun terjun di dunia ‘pencerahan’ (dakwah non kekerasan), pahamilah, telusurilah literature-literatur mujahidin.

Jangan asal bicara tanpa sandaran, jangan menjadi penikam. Jangan asal menilai karena kita jauh dari realita, kita hanya duduk di sofa, duduk di kursi menghadap computer menjadi pengunduh youtube, bermain poker di sela-sela pekerjaan yang banyak menghabiskan umur kita.

Kita hanya membicarakan darah dan jiwa, tanpa langsung melihat betapa darah dan jiwa itu tercerabut cepat melebihi kecepatan target pencapaian kinerja kita di sebuah ruangan ber-ac. Kita yang tidak faham realita, jangan sok.

Hargailah mereka, karena diantara kita dan mereka terdapat sebuah jembatan tauhid yang hanya bisa diruntuhkan apabila di hati hati kita terjangkit waham kebesaran organisasi, di cemari ashabiyah (fanatisme gerakan, golongan, dsb.)

Catatan:

Tulisan ini untukku, dan untukmu juga para sahabat dan kawan, silahkan diluaskan dengan serbuan informasi yang silih berganti meroket kesadaran kita. Silahkan dikembangkan dengan kejadian-kejadian yang sebelumnya terjadi, dan kejadian yang akan terjadi kedepannya.

Media masa bukanlah sebuah realitas, bukan merupakan gambaran dari fakta. Bersandarlah pada ikatan al wala wal barra, bukan media massa.

0 komentar:

be responsible with your comment