Hiburan Gratis!

Posted: Rabu, 18 Agustus 2010 by Divan Semesta in
4

Kemarin seseorang pria datang ke rumah orang tua saya.

“Spada!” teriaknya.

Wah, sudah berapa tahun saya tidak mendengar kata spada! (dengan nada ceria pula).

Lusanya, ketika Saya membutuhkan beberapa lembar poto copy-an. Aki Jaka dan Iroh, yang merupakan salah satu Office Boy terbaik di tempat kami, berbincang.

Karna saya deket tempat mereka, mau nggak mau saya pun mendengar apa yang mereka bicarakan.

“Ki,” kata Iroh sambil membaca Koran. “Ada yang tawuran Ki! Anak SMA.”

“Wah masa?”

“Iya Ki! Ini ada yang luka parah. Disabet samurai!”

“Masya Alloh,” Ki Jaka Kaget. “Ada yang maeot gak!?”

Masya Alloh, maeot. Ma-e-ot. Entah sudah berapa juta tahun saya tidak mendengar kata itu. Rasanya pun lucu, membuat saya tersenyum.

Lumayan. Pagi-pagi sudah dapat hiburan gratis!

4 komentar:

  1. aemtemite says:

    Sy pikir 'maeot' itu hanya ada di Cianjur, lebih sempitnya lagi di SD sy dulu :D
    Sy kadang memperhatikan kenapa juga banyak orang yg merasa tidak geli saat mendengar kata² macam itu (kata² yg dulu sering mereka dengar saat masih kecil dan terbilang 'bodor'), kecuali kalau mereka sedang kumpul² (reuni), dan itupun terlihat sering dipaksakan---tidak ke luar secara alamiah. Padahal sy (huhuy!, sekarang sy tidak sendirian karena nemu kawan yg sama: Anda) sering geli sendiri sekalipun tidak sedang kumpul² dengan teman² SD. Bahkan sy merasa tidak alamiah saat harus tertawa mendengar kata² itu jika sedang kumpul².
    Dan serunya lagi, kalau bibi sy memergoki sy sedang tergeli2 sendirian karena merasa ada memori waktu kecil yg sedang menyerang sy, sy sering dianggap aneh! :D
    Belakangan sy memperhatikan balita juga. Ketika mereka diperdengarkan semacam kata 'maeot', karenanya bunyinya itu mereka sering tertawa. Alamiah pula! Nah, kita yg sudah jebrog seperti ini, saat mendengar kata² yang-dibilang-bodor-padahal-tidak-oleh-kebanyakan-orang, lantas kita tergeli2 minimalnya, apakah ada kesamaan dengan mereka yg masih balita?
    Sy berpikir, kita ini mampu menelusup ke dalam nilai/ makna yg tidak banyak orang bisa lakukan (sy berlindung dari rasa ujub, karena ini bukan ranah yg bisa membuat kita ujub) pada suatu peristiwa/ keadaan---dalam kasus kita ini, bunyi kata 'maeot'---yang memang terbilang memorabilia dalam kehidupan kita, sekalipun kepatutannya untuk dikenang memerlukan stimulus dari luar. Wallahu'alam :)

    Bagaimana menurutmu?

  1. Aemte:

    Maeot itu digunakan, zaman rikiplik dulu di tatar Sunda. Maeot itu bukan dominasi Cianjur Bung! Ada kata-kata yang derajatnya hamper sama dengan maeot. Jamban misalnya. Waktu sy bilang, baru dari jamban orang-orang pada ketawa. Emang lucu. Bandingkan sekarang kalau mau berak atau buang air seni orang-orang bilang “mau ke WC” mau ke “Closet!” atau ke Toilet. Ciamik benar kata toilet closet itu jika disandingkan jamban. Jamban itu lebih kampong, tapi efeknya lebih nendang!

    Pagi tadi anak sy ketawa waktu denger kata toroktok keluar dari mulut mandanya. Bunyi kata-katanya emang lucu mirip durutdut, dorokdok, cuwiwiw.

    Nah, sy se-keluarga (bapak ibu kakak adik)kalau ngomong "saya" ngegunain ogut.

    Misal “Mah, saya pulang terlambat ya! Ada orang yang mau dikepret!”

    Ngomongnya jadi gini.

    “Mah, Ogut pulang terlambat! Ada orang yang mau dikepret!”

    Itu dah khas banget punya keluarga saya. Pasalnya sy perasaan nggak pernah denger ogut-ogut itu dikumandangkan.

    Allahuakbar Allahuakbar-Hayya alasholah…. (adzan)
    Selamat berbuka. Selamat Leleson, Aemte.

  1. Masalah ujub-ujuban, wallahu alam Aemte. Yang sensitif pun kadang banyak kekurangan. Laki-laki yang sengsitip itu kadang bisa jadi wadam atau maho. Jangan-jangan... Eng - ing - eng!

  1. aemtemite says:

    "Laki-laki yang sengsitip itu kadang bisa jadi wadam atau maho. Jangan-jangan... Eng - ing - eng!", ini lagi ngomongin siapa sih sebenarnya? :D

be responsible with your comment