Peninggalan

Posted: Selasa, 17 Agustus 2010 by Divan Semesta in
0


Orang Eropa di Masa Kegelapan, sering menganggap di samudera yang dalam terdapat gurita besar yang mampu meremukkan perahu sebesar La Nina, La Pinta, La Santa Maria, atau bahkan perahu yang ukurannya melebihi ukuran tiga perahu yang dikomandoi Columbus itu. Ada pula yang beranggapan bahwa di lautan tertentu terdapat mahluk cantik setengah ikan setengah manusia. Bahkan, di sebuah peta masa lampau yang dirilis oleh ensiklopedia lawas Pustaka Time Life terdapat sebuah kawasan yang diceritakan dihuni oleh mahluk yang memiliki mata di perut, naga raksasa, kuda berkepala manusia serta seribu satu macam fenomena yang menarik hati sekaligus menimbulkan kengerian dogmatis.

Abad Pencerahan, menutup masa tersebut. Abad yang mengagumkan itu melahirkan banyak disiplin ilmu. Menimbulkan tindakan yang bersumberkan pada keingintahuan dan analisa menggunakan fakta.

Nah,

Nampaknya, mau dibilang se-logis apapun, meski dikeluarkannya jauh-jauh hari setelah Rennaisance, evolusi Darwin tetap terlihat sebagai sebuah produk peninggalan atau produk transisi abad kegelapan menuju Abad Pencerahan.

Contohnya sebagai berikut:

Survival of the fittest-nya Darwin mengatakan bahwa hanya mahluk yang terbaik yang kuat-lah yang mampu memenangi seleksi alam. Manusia dan mahluk lain yang saat ini adalah bukti pertarungan, bukti evolusi tersebut.

Belasan orang Saksi Yehova (sekte Kristen) pernah datang ke tempat tinggalku, dan memberi buku. Di dalam buku yang penampilannya seperti buku-buku Harun Yahya itu terdapat sebuah argumentasi yang menarik.

Jika mahluk yang mampu memenangkan seleksi alam adalah mahluk yang terkuat, mahluk yang mampu berevolusi, maka, logikanya adalah:

Pithecanthropus Erectus, atau Neanderthalensis, atau Mojokertoensis yang dianggap sebagai rantai evolusi manusia modern, hingga saat ini tidak pernah kita temukan masih hidup. Sementara, primata seperti monyet (Anda), kukang (Kamu), gorilla (Dikau), simpanse (hehe) yang notabene lebih rendah tingkatannya, kok masih dapat kita temukan.

Harusnya, berdasar diktum survival of the fittest, seharusnya hal itu tidak terjadi. Harusnya monyet (Anda), kukang (Kamu), gorilla (Dikau), simpanse (hehe) itu musnah dan yang ada sekarang, setidaknya Pithecan-pithecan itu. Nah loh.

Ruwetnya (atau lucunya) lagi. Banyak ‘ilmuwan sosial’ mengambil doktrin Darwin untuk membenarkan tulisan-tulisannya. Contohnya adalah Marx. Dan ada lagi serentetan filsuf atheis yang melandaskan ke-atheisannya dari konsep Darwin.

Nah, nah, nach --kembali-- kita disajikan peninggalan Abad Kegelapan, yang mengaku sebagai produk Abad Pencerahan. Coba kita mainkan sedikit logika.
Bagaimana mungkin orang mengaku diri atheis, tidak bertuhan karena konsepsi Darwin, sementara tidak ada satu pun penjelasan yang logis bahwa evolusi bisa digunakan untuk menafikan tuhan.

Secara logika (kalaupun mau dianggap benar) teori evolusi hanya bisa digunakan untuk menafikan agama-agama besar yang memiliki kitab suci, yang mengatakan bahwa manusia pertama itu Adam. Hei! Evolusi Darwin bukan untuk menyangkal Tuhan, bodoh! Evolusi itu hanya menjelaskan bagaimana mahluk itu sampai pada bentuknya yang sekarang, bukan untuk menafikan Tuhan, moron!

Itu artinya, banyak atheis yang logikanya merupakan peninggalan. Warisan. Dan jika bermain logika saja berasal dari peninggalan, maka mau-tak mau, dan sangat sulit disangkal bahwa keyakinan yang dianut begitu banyak orang atheis merupakan sebuah dogma. Ngendog di imah Ema!

0 komentar:

be responsible with your comment