Interview dengan Chirek

Posted: Jumat, 16 Oktober 2009 by Divan Semesta in
0

Dulu saya pernah hadir dalam peluncuran buku karya-nya (Sebuah Pertanyaan untuk Cinta yang Buta?). Bersama dengan sahabat-sahabat lelaki yang selalu cepak dalam bergaya itu, saya melihat dia bersanding dan diwawancarai oleh Helvy T. Rosa dan penulis yang dia kagumi, Asma Nadia.

Nama lelaki yang nantinya sy wawancarai ini tentu tak usah disebutkan aslinya, tetapi sahabat-sahabat dia menyebut dia Chirek.

Dia dikenal pula dengan panggilan Tukang Tidur dan sambil bekerja sebagai sebuah editor sebuah penerbitan terkenal, nampaknya pria yang memiliki wordpress: zonakosong tersebut, masih memiliki banyak keinginan untuk memaksimalkan potensinya.

Ia merealisasikan zine Wake Up! Dan tak lama lagi, --bersama sahabat-sahabatnya di Proklam--, pria yang berdomisili di Depok itu akan menerbitkan zine keroyokan bernama Jurnal Omong Kosong (yang entah sudah beberapa edisi)

Dan hadirin sekalian, mari kita tampiling, eh maaf maksud saya mari kita tampilpun, eh… maksud saya mari kita tampilkan, eh… mari kita menikmati wawancara ini. :)


Asalamualaikum Rex..gimana Kabar The Gang, kok nggak kedengeran lagi lagu-lagunya? Lu udah keluar bukan? Bagaimana kabar persahabatan kalian? Hatinya masih terpaut kan?

The Gangs alhamdulillah baik. Tanggal 10 Oktober 2009 kemarin The Gangs manggung. Tapi bukan gue yang ngedrumin, melainkan gitarisnya, si Iyun. Masih matengin lagu-lagu baru, neh. Sebenarnya gue belum sepenuhnya keluar dari The Gangs. Tapi gue sama teman-teman di The Gangs udah sepakat bahwa gue bisanya untuk latihan dan rekaman aja, tapi untuk manggung, gue udah nggak mau. Dan temen-temen di The Gangs setuju. Tapi gue tahu, sebentar lagi gue akan benar-benar keluar dari The Gangs. Gue udah nggak ada passion lagi. Udah nggak ada nyawanya lagi. Badan gue berada di balik drum, tapi pikiran gue melanglang buana. Tapi gue nggak tahu bilangnya mesti gimana sama teman-teman. Hehehe. Soalnya gue pikir, The Gangs nggak akan maju kalo masih ada gue. Kalo soal persahabatan mah nggak akan hilang. Gue dari SD main sama Awal, nongkrong dan begadang di Proklamasi, aksi May Day, bikin perpustakaan jalanan di Margonda, dan masih banyak lagi. Gue besar dan mengerti tentang hidup di sana, dan yang lebih penting, gue mendapat “hidayah” itu dari sana. Nggak mungkin gue lupain sahabat-sahabat gue itu.

Kalau liat tulisan yang lu posting akhir-akhir ini keliatan banget ada perubahan wacana. Gimana lu memandang perubahan itu?



Wacana tentang Islam maksudnya? Sebenarnya udah sejak lama gue pengen banget seperti yang sekarang ini. Dulu gue masih takut kalo ingin menulis tentang Islam. Nggak pantes, gitu istilahnya. Makanya dulu gue sering nulis tentang hal-hal yang sepele aja, tanpa pernah sama sekali mengikutsertakan perspektif Islam. Dalam Islam, gue cuma jadi penggembira aja. Yang penting dukung doang, tapi kalo mau lebih dalam lagi, entar dulu. Gue mesti membenahi diri dulu. Masih banyak kontradiksi di dalam diri gue. Tapi sekarang Alhamdulillah perasaan itu udah nggak ada lagi. Insya Allah gue sekarang udah mulai berani menulis tentang kebenaran Dien gue, yang penting jangan sok tahu. Mudah-mudahan sih begitu.

Gw yakin hal itu nggak tiba-tiba terjadi, ada banyak tahapan yang lu lewati hingga sampai ke pemikiran yang sekarang, bisa diceritain tahapannya secara garis besar nggak perjalanan spiritual lu?

Setiap orang pasti memiliki perjalanan spiritual yang berbeda-beda. Ada yang gara-gara mimpi mati, akhirnya tuh orang taubat. Ada yang gara-gara ngeliat sosok berjubah putih ketika lagi terbaring di rumah sakit, akhirnya memutuskan untuk taubat. Dan masih banyak lagi, dan semua itu tentu menarik untuk dituliskan, soalnya beda-beda, kan jadi semarak. Tapi kalo gue, hmm... jujur, gue tertarik mendalami Islam gara-gara melihat teman gue, Kelly, berubah 180 derajat. Dulu dia tuh nge-punk banget, malah perutnya sempet ditato, eh malah jadi Islam banget. Bisa dibilang, di situlah titik awal gue mulai tertarik untuk mempelajari Islam lebih dalam. Sampai sekarang. Tapi jangan lantas dikira gue mempelajari Islam hanya lantaran ikut-ikutan orang. Hehehe.



Di tulisan yang terakhir lu bicara tentang roots, bagaimana menjelaskan tentang hal ini? Tentu jawabannya harus berbeda dengan jawaban di multiply, kalaupun ternyata lu punya cara pandang sendiri, bagaimana lu memandang scene skinhead secara positif, hal positif apa yang lu bisa ambil dari scene ini.

Oh tulisan itu bukan gue tulis di multiply, tapi di wordpress. Sebelumnya gue kasih tahu dulu, bahwa sebenarnya gue nggak pernah jadi skinhead. Pernah sih, tapi cuma empat hari doang. Soalnya saat itu gue pikir lagu-lagu skinhead itu nggak enak. Hahaha! Saat itu gue denger lagunya 4-skin, lambat banget. Beda banget sama Chaos UK, The Casualties, dan band-band punk lainnya. Tapi sekarang gue baru tahu ternyata lagu skinhead ada juga yang enak. Termasuk The Gangs. Hehehe. Saat itu gue lebih tertarik sama punk. Nggak ada yang lain!
Mengenai makna roots yang gue tulis itu adalah karena gue cuma ingin berbagi perspektif sama temen-temen di scene. Dalam perspektif Islam makna roots itu seperti ini lho. Terserah mereka mau menerima apa nggak. Sekali lagi, gue cuma mau berbagi perspektif di antara begitu banyak perspektif dominan yang membahas makna roots itu.
Gue nggak mau ngebahas soal skinhead lebih jauh. Soalnya gue bukan skinhead. “Kalo lo mau tahu tentang skinhead, jadilah skinhead!”, begitu istilahnya. Sedangkan gue bukan seorang skinhead. Untuk hal positif yang gue dapet dari anak-anak Proklam (yang sebagian besar adalah anak-anak skinhead) banyak banget. Dan itu nggak bisa disangkutpautin sama skinhead. Soalnya di mata gue, mereka itu adalah sahabat-sahabat gue, tidak peduli apakah mereka punk atau skinhead.

Beberapa waktu lalu kita sempat bicara mengenai keinginan untuk mengkaji di INSIS, dan kebetulan lu nemuin kajian tentang Wahabi, bagaimana lu menghubungkan antaran news yang diberitakan di media massa dengan masalah wahabi ini? Lebih baik berpemikiran Wahabi atau berpemikiran Miyabi?

Bisa dikatakan sebagian besar orang yang berbicara di televisi mengenai wahabi itu nggak ada yang bener. Masak ajaran wahabi dibilang menyebarkan ajaran teroris. Yang saya tahu, wahabi itu ngajarin kita gimana caranya mengusir syirik dan bid’ah. Perkara wahabi itu bekerjasama dengan Inggris untuk kemudian memisahkan diri dari kekhilafahan Islam yang saat itu masih berdiri, saya angkat tangan. Saya nggak ngerti kalo udah menyangkut masalah konspirasi kayak gitu. Yang pasti, Muhammad bin Abdul Wahab itu seorang mujadid. Titik. Kalo ditanya lebih baik mana pemikiran wahabi atau pemikiran miyabi, saya nggak mau jawab. Soalnya pertanyaan itu bercanda, sih. Hehehe. Kalo pun dipaksa untuk jawab, tentu saja saya lebih memilih untuk berpemikiran Islam sesuai seperti yang telah diajarkan Rasul kepada kita.
Gw dah nggak denger (dari temen-temen) lu ngegebug drum lagi. Trus sekarang apa yang lu gebuk Rex?

Gue nggak ngegebuk apa-apaan, Van. Gue mah sekarang kerja doang, sama bikin zine deh. Oh iya, sekarang-sekarang ini gue seringnya pacaran mulu sama Istri tercintaJ Haha!
Bagaimana pandangan lu mengenai lyric Anti Flag yang mengatakan bahwa Heaven and Hell its just a myth so youshould listen to this moment?

Wah, gue belum pernah denger, tuh. Minjem, dong. Kalo obrolan tentang surga dan nereka itu mitos mah udah sering. Nggak unik lagi. Udah nggak keren lagi. Jadi males gue bahasnya. Hehehe. Ada lagi yang lebih keren, Pak Haidar Bagir, dedengkotnya Mizan, mengatakan bahwa surga dan neraka itu adalah sama. Sama seperti dengan air es. Kalo sedang haus, air es itu menjadi surga. Tapi kalo lagi sakit demam dan flu, air es itu menjadi neraka. Jadi, surga sama neraka itu nggak ada bedanya. Sama seperti analogi air es tadi. Tapi tentu saja gue nggak menerima itu. Soalnya, selain wacana yang digelontorkan oleh Pak Haidar Bagir itu mungkin hanya sebagai lelucon, Allah juga udah ngasih penjelasan yang sangat gamblang mengenai surga dan neraka. Surga dan neraka itu bukan mitos, dan keduanya adalah berbeda. Kita tinggal memilih, mau ke surga apa ke neraka? Jangan kayak orang-orang sok yang mengatakan, “Aku tak pantas memasuki surgamu, tapi aku juga tak ingin masuk ke dalam nerakamu.” Nah lho? Berarti mau ke mana? Tapi mudah-mudahan kita dijauhi dari api neraka. Aamiin...
Sejauh mana band-band merubah cara pandang kita yang lu bilang seharusnya memiliki roots yang berusmber dari Madinah (rootsof madinah dong).

Sori. Gue nggak ngerti pertanyaanlo nih :)

Band-band apa yang menurut lu memusuhi Islam. Diluar negeri dan dalam negeri.

Waduh, gue nggak tahu. Sumpah! Gue nggak kerja di majalah Hai! sih. Hehehe. Referensi musik gue tuh bener-bener nol! Yang gue tahu cuma Bad Religion doang. Bukan karena mereka ateis, tapi musik mereka tuh keren banget! Nah, apakah Bad Religion itu memusuhi Islam? Yang gue tahu sih, mereka memusuhi semua agama! Hehehe.
Nah, di blog lu kan nada lambang anarki, dan ada blognya si Bowo, juga si Pam, setau gua scene mereka nggak pernah membuat link di blogdrive/multiply dengan blog atau multiplynya muslim-muslim radikal. Dan sebaliknya diblog lu dan blog muslim lain ternyata mencantumkan link yang jelas-jelas idenya vis a vis dengan ideology yang kita percaya. Kasarnya kita mengiklankan mereka, mereka nggak mengiklankan kita. Apa pembelaan lu tentang hal ini?

Hahaha! Mampus gue! Yang pasti logo anarki itu tidak sepopuler logonya komunis. Gue pake logo anarki di depan ibu gue, nggak akan ada masalah, karena ibu gue gak tahu. Tapi kalo gue pake logo komunis, pasti gue dilarang. Intinya, logo anarki itu cuma sedikit orang aja yang tahu. Lagi pula, semasa gue nge-punk, gue memang pengagum anarki. Jadi mungkin kebawa-bawa sampai sekarang. Tapi insya Allah logo anarki itu sekarang cuma sekadar fashion aja bagi gue. Nggak lebih. Nggak ada maksud untuk ngiklan juga. Kalo pun ternyata itu dilarang oleh syara’, maka saya akan menghapusnya. Di blog gue malah gue kasih link ke blog-blognya kaum anarkis, food not bom, apocalyps, dan lain semacamnya. Gue cuma mau berbagi aja.

Btw, nyempal dari pertanyaan serius, gimana kabar zine lu?

Wake Up! insya Allah bulan ini atau bulan depan terbit. Makanya tadi gue wawancarai elo, biar halamannya keisi. Hehe. Tapi doain aja, ya....
Bagaimana peran pasangan hidup buat lu? Apa pasangan hidup membuat lu jadi jarang ngomong mencret lagi dan merokok ha, ha!
Besar banget. Fifi tuh penyemangat gue banget. Pas lah untuk seorang tukangtidur kayak gue. Hehe. Yang jelas, merokok udah jaraaaaaaaaaaang banget! Hehehe. Tapi kalo ngomong mencret mah teteuuup. Apalagi kalo nonton berita yang ngeselin, pasti dah gue ngomong mencret! Tapi nanti kalo udah punya anak baru deh kebiasaan ngomong mencret itu gue hilangkan sehilang-hilangnya. Hahaha!
Apa yang pengen lu dapatkan secara materi akhir2 ini?

Gue mau kuliah, ngambil jurusan Bahasa Indonesia. Gue mau jadi dosen! Ini serius!
Apa yang pengen lu dapatkan secara spiritual?

Keimanan yang setangguh karang!

Kalau mau ikut kajian, kajian apa yang lu rasa cocok dengan diri lu?

Kajian Al-Quran dan Hadis. Tapi sekarang gue pengen banget mendalami ilmu hadis. Kayaknya di mata gue ilmu hadis itulah yang paling rumiiiit banget. Kalo kajian tentang pemikiran mah buat selingan aja.

Terakhir, apa yang membuat lu bangga ketika lu nantinya berhadapan dengan Allah?

Gue cuma bisa bilang Alhamdulillah dan bersyukur berkali-kali. Itu aja. Lupa sama apa yang mesti membuat gue bangga ketika sedang berhadapan dengan pencipta gue.
Cukup bro!. love u
Luv u 2.....

0 komentar:

be responsible with your comment