Lets Start a Revolution from Our Bed

Posted: Minggu, 05 Juli 2009 by Divan Semesta in
9

Saya tidak mau ambil pusing dengan pemilu. Bukan saya saja, Ira, istri sy itu sudah tiga kali tidak ikut pemilu, dan tentunya Nyawa, dan sepertinya bapak saya juga. Mengapa sepertinya? Karena bapak saya pernah berlalu masuk ke dalam kamar setelah melihat debat calon presiden, sambil mencak-mencak.


Saya tak tahu apakah tanggal 8 nanti beliau bakal mencontreng atau tidak, tapi kemungkinanya tidak. Kalau ibu saya? Saya tidak tahu, tapi yang jelas, bapak punya andil untuk mempengaruhi pemahaman ibu saya itu. Saya terhibur dengan sikap beliau, pasalnya dari dulu kami memang sedikit bergesekan dalam masalah politik, sampai kami pernah bersitegang di hadapan kakak adik, dan ibu sementara saya tetap mempertahankan kekeras kepalaan saya.

Tapi itu sudah berlangsung lama dan saya tidak pernah berbicara intensif dengan bapak. Dan sepertinya pemahaman bapak mengenai pemilu itu berasal dari majalah yang hampir setiap bulan sekali hadir di meja ruang tengah kami. Atau mungkin dari obrolan dengan orang-orang di sekitarnya. Tak tahulah.

Saya hanya bisa bersyukur sebab semenjak pensiun, beliau lebih rajin shalat berjamaah ke masjid, mengalahkan anaknya (teramat jauh) dan pemahaman keagamaannya menjadi lebih radikal. Alhamdulillah.
Dan coba di catat….. kalau perlu tahu, banyak perubahan yang beliau lakukan entah untuk keluarga atau lingkungan, tanpa terkait dengan pilih memilih yang dilakukan lima tahun sekali. Dan apakah hal ini menguatkan sikap sy untuk tidak memilih? Tidak juga. Karena, kalau pun mereka memilih saya tetap tidak akan memilih. Dan untuk menyemarakkan tanggal 8 nanti, nanti saat jam makan siang tiba sy akan mengunduh lagu lama Oasis, yang di dalamnya terdapat lyric gonna start a revolution from my bed…
* * *
Saya tidak pernah menganggap pemilu itu ada, tidak menganggapnya sebagai pesta kecuali pesta dugem di diskotik yang memiliki pengaruh buat orang lain tetapi tidak untuk saya dan keluarga.
Jika kamu menilik saya detail, memepertanyakan statement sy itu, jujur saja bahwa sebenarnya keterkaitan antara pemilu dengan kehidupan sebenarnya nyata. Kebjikaa pemerintahan di masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang akan mempengaruhi kondisi yang ada: berupa kenaikan bahan bakar minyak, rusaknya moralitas birokrasi, dan bobroknya mentalitas bangsa ini yang kerjanya buang sampah sembarangan. Itu dari sesi negatifnya, dan sisi positifnya pun ada, nyata terlebih jika kita menggunakan teknik daripada, yah dari pada. Dari pada di zaman Megawati yang sumber daya alam kita banyak di privatisasi, yah mending milih presiden dari partai x atau partai xxx yang gak begitu parah dalam melakukan privatisasi.

Mungkin itu ada benarnya, ujar salah seorang yang kamu kenal. “Golput merupakan sebentuk ketidakberdayaan, pelarian dari tanggung jawab," katanya. Dan sebaliknya, bagi dia, memilih menjadi sebuah tindakan patriotic yang dengannya berarti kita ikut menentukan mau dibawa kemana arah bangsa ini, negara ini.

Well, kata patriotic sama halnya dengan kat demokrasi saat ini sudah seperti musik pop menye-menye dan sinetron ram Punjabi, yang sudah tidak enak didengar, dan membuat eneg di pandang pula.

Perubahan tidak sesederhana yang dibayangkan. Syarat perubahan di samping aksi ialah konsep yang ada di dalam kepala orang-orang yang saat ini bertarung sebagai kontestan. Nah, bagaimana saya mau memilih jika konsep di dalam kepala orang-orang itu tidak saya sepakati?

Dan ingat kawan … bahwa memaku mati perubahan/penentuan kondisi bangsa ini hanya bisa ditentukan dari masuknya seseorang ke dalam bilik suara. Kalau masuk ke dalam bilik suara, tetapi dalam kesehariannya seseorang koruptor tetaplah koruptor, bagaimana jadinya? Kalau birokrat yang melakukan penjarahan atas kelamin wanita di kompleks pelacuran menggunakan gaji, komisi dan hasi korupsinya, dan dalam diri seseorang yang kesehariannya menebarkan kedengkian, sikap picik dalam kehidupan keseharian, maka memilih hanyalah sebuah pesta yang hadirnya dia tidak diiring oleh kesadaran.

Memang tidak mungkin semua pemilih adalah kriminal. Terlalu gila jika saya berpandangan demikian. Akan tetapi, yang ingin saya sampaikan adalah bahwa perubahan bisa berawal dari mana saja --di samping tentunya termasuk dari pemilihan umum (tapi sayangnya saya bukan hanya tidak percaya orang-orangnya melainkan konsep pemerintahannya).

Tapi bagi saya itu tetap saja di samping. Di pinggir, di pojokkan, yang berarti memilih akan tetap saya tirikan. Karena, tetap saja da banyak hal bisa saya/kamu lakukan selain mencontreng. Kamu kan bisa memilih untuk diam dirumah, bercumbu dengan istri. Saya bisa mengajak anak main, melihat dam Katulampa, ngulik lagu-lagu The Used yang baru saja teman saya bajak, atau membaca 40 hadist yang dijelaskan Imam Komaini (semoga Allah merahmatinya) yang sahabat-sahabat saya anggap kafir, atau mengagendakan tanggal delapan ke depan untuk bertamasya bersama sahabat dan kawan-kawan yang memiliki persamaan pemahaman politik untuk berjemur sambil tertawa-tawa di dekat air terjun yang sudah puluhan kali saya kunjungi.

Dan bukankah Newton melakukan perubahan hanya karena ia melihat apel jatuh, bukankah Archimides menemukan kaidah yang merubah dunia dari bak mandinya…

Ya, perubahan bisa dilakukan bahkan semenjak kita bangun dari tempat ngiler dan mengucek mata.


(gambar di ambil dari rainattack.blogspot.com)

9 komentar:

  1. salah aku bila aku mencintaimu???
    :)

  1. Nggak salah. Sebab aku memang melakukan konspirasi untuk itu.

  1. sols says:

    Hohoho.. terlepas dari suami istri yang saling mengunkapkan bahasa cinta. heuheuh eta lirik oasis aya benerna. matakna rek dilakonan ku sorangan! :D

  1. Anonim says:

    up up up beurat sol beurat! berarti ente nikah dua kali atuh. tanggal 8 jeung 12. bejakeun siah.

  1. Imam Khomeini "rahimahullah"? Apa sy selama ini salah baca tentang syi'ah? tentang Aqidah itu... Tentang tradisi itu...
    maaf nih, dijelaskan po'o... Plis...!

  1. Aduh...kalau dijelaskan panjang San. tapi intinya kebanyakan orang mengkafirkan syiah karena teknik berpikir filsafat (induktif dan deduktif). Kalau begitu sih sunni juga kafir.

  1. ga perlu dijelaskan panjang lebar.
    Rukun islam Syiah (5): As-Sholah, As-Shoum, Az-Zakah, Al-Haj, Al wilayah.

    Rukun Iman Syiah (5): At-Tauhid, An Nubuwwah, Al Imamah, Al Adlu, Al Ma’ad.

    DARI SISI AQIDAH JELAS BEDA PAK! Piye ki...

    belum lagi keyakinan tentang mut'ah itu...

    Maaf ya... karena ketidak tahuan saya..

  1. Oya pak, blognya tak link ke blog saya. Gapapa toh? Sdh terlanjur pokoknya :)

  1. hati-hati Kang, kalo bicara syiah :)

be responsible with your comment