Direct Action II
Posted: Senin, 23 Februari 2009 by Divan Semesta inMEMBACA tulisan direct action karangan Divan Semesta memang membuat jiwa muda ini terprovokasi. Ia pandai betul mengaduk-aduk emosi pembaca. Jika ia mau, ia bisa menandingi Romi Rafael. Kalimat demi kalimat yang ia tata sudah seperti pendulum besi yang bergerak ke kanan dan ke kiri untuk menghipnotis pembaca. Mengingat dahulu ia adalah penggemar berat Nietsczhe, tak aneh jika tulisan-tulisannya itu mirip seperti palu raksasa yang siap meluluh-lantakkan kesadaran pembaca. Saya tidak bermaksud membesar-besarkan Divan Semesta. Namun, memang seperti inilah kiranya yang sering saya rasakan ketika membaca sebagian besar tulisan-tulisan beliau. Saya terhasut. Saya terhanyut.
Namun, sekarang saya sudah tahu di mana saya mesti terhanyut, dan di mana saya mesti memegang akar-akar pohon pemikiran saya sendiri, untuk kemudian menepi, bangkit berdiri, dan berteriak lantang kepada beliau: “Woi, Divan Semesta! Kali ini aku nggak mau terhanyut oleh derasnya arus celotehan igauanmu! Aku ingin membuktikan kepada kamu, bahwa meskipun kadang masih suka sedikit goyah, aku masih bisa bertahan dan berdiri tegap dengan kepala menantang!”
Saya memang sepakat dengan definisi direct action yang Divan Semesta paparkan. Direct Action memang seperti itu. Direct Action atawa aksi langsung adalah sebuah bentuk kontrol diri yang tidak perlu memusingkan segala macam bentuk hirarki. Saya punya kepala, saya punya tangan, saya punya kaki, dan saya punya kuasa terhadap tubuh saya sendiri atas apa yang akan saya lakukan nanti. Peraturan daerah tidak mengerti tentang saya. Undang-Undang Dasar Seribu Sembilan Ratus Empat Puluh Lima tidak akan pernah paham atas apa-apa saja yang terjadi di dalam diri saya. Begitu pula dengan pemerintah daerah mau pun pemerintah kota, pokoknya segala macam bentuk regulator yang ada di muka bumi, tidak akan pernah berhasil mengerti tentang saya. Itu sebabnya saya butuh direct action. Saya butuh aksi langsung untuk memenuhi segala keinginan saya yang tidak pernah terpenuhi oleh undang-undang peraturan mana pun. Inilah anarki! Inilah DIY (do it your self)! Inilah direct action!
Direct action sudah ada semenjak Adam dan Hawa masih bersemayam di surga. Tindakan Adam mengunyah buah khuldi yang kemudian berhasil membuatnya terjerumus ke bumi adalah direct action paling purba yang pernah tercatat di dalam lembaran sejarah.
Namun, setelah membaca Direct Action karangan Divan Semesta, saya merasa sepertinya Divan Semesta telah menyempitkan makna Direct Action. Ia memaparkan direct action hanya dalam kerangka pembangkangan saja. Contoh-contoh direct action yang ia tuliskan hanya berkutat di situ-situ saja: menusuk tulang iga seseorang yang telah menyodominya, melempar kaca mobil balap yang knalpotnya sungguh-sungguh sialan di gendang telinga, mencorat-coret poster wajah caleg, menempeli tembok-tembok rumah tim sukses salah satu partai dengan segala macam bentuk slogan, dan lain semacamnya. Sehingga direct action yang ia tuliskan itu seperti terjebak dalam lingkaran: aksi balas dendam. Sedangkan, bagi saya, direct action bukanlah melulu tindakan balas dendam. Meski pun balas dendam memang bisa juga di katakan sebagai direct action, tapi tidak hanya sebatas itu.
Direct action bukanlah tindakan yang rumit. Tidak perlu mengaduk-aduk adrenalin untuk melakukannya. Yang diperlukan hanyalah kesadaran dan kesiapan untuk menerima konsekuensi. Direct action adalah pilihanmu. Apa yang kamu inginkan adalah hak kamu, apa yang kamu dapatkan adalah konsekuensi kamu.
Contoh direct action tidak perlu jauh-jauh. Membantu seorang pengemis buta menyeberang jalan, sebab kamu tahu kalau meminta bantuan ke polisi “si pengayom rakyat” akan sangat membuang-buang waktu. Itulah direct action. Membuang sampah pada tempatnya. Mengantarkan ibu kamu berpergian ke rumah saudara. Mengulurkan tangan untuk membantu seseorang yang ingin naik kereta. Mempersilakan ibu-ibu untuk duduk di dalam bis kota yang penuh. Itulah direct action. Saya tak perlu memberikan contoh banyak-banyak, sebab saya tahu kalian adalah orang-orang pintar, yang hanya dengan diberi sedikit contoh saja pasti kalian sudah cepat sekali paham.
Begitulah. Di sini saya ingin memperluas makna direct action yang tidak dipaparkan oleh Divan Semesta. Direct action bukanlah aksi yang melulu berisikan api pembangkangan, melainkan tentang hubungan antar manusia yang romantis. Direct action tidak melulu mengampanyekan semangat balas dendam, tetapi juga mengajarkan kepada kita tentang sebuah tindakan sukarela tanpa perlu ada hasutan. Inilah direct action di mata saya. Direct action sederhana yang akan membuat kehidupan ini menjadi lebih indah dari biasanya.
Salam,
Tukangtidur
-------------------
Setubuh Rex! Sepakat maksudnya.
direk eksien,,,,,penting menutut gw, apalagi di jaman edan ky gini... :D