Bukan Abdullah bin Ubay tapi Abdullah bin Nuh
Posted: Minggu, 14 Desember 2008 by Divan Semesta in(Ini tulisan salah satu kakek dari pihak bapak saya,
Meskipun pamfletis, isi tulisannya kontemplatif, menarik.
Dan sebagai salah satu cucu dia
Rasanya cukup bangga. Btw di akherat keur naon aBah!)
PERSAUDARAAN ISLAM
Oleh : KH Abdullah Bin Nuh
Anda adalah saudaraku. Betapa keadaan anda dan apapun kebangsaan anda. Apapun
bahasa anda dan bagaimanapun warna kulit anda. Anda saudaraku walaupun anda tdk
kenal aku dan tdk tahu siapa bundaku. Walaupun a ku tdk pernah tinggal serumah dgn
anda dan belum pernah seharipun hidup bersama anda dibawah satu atap langit.
Anda adalah saudaraku. Walaupun anda berpangkat tinggi. Mendapat kedudukan yg
mulia. Menguasai ilmu yg luas. Dan mempunyai pengaruh yg besar. At au memiliki harta
yg banyak.
Anda adalah saudaraku walaupun misalnya anda penduduk planet Mars dan aku hanya
penghuni planet beredar bernama bumi ini.
Tidak. Tidak usah anda bersusah payah mencari -cari buku sejarah silsilah keturunan.
Jangan memaksa-maksa diri mencari2 dari catatan2 nenek moyang. Jangan pula anda
bersedih lantaran aku bukan si Anu putra si Anu dari famili Anu. Atau lantaran kita tdk
bertemu pada nenek pertama atau nenek kesepuluh atau keseratus atau seterusnya hingga
berujunglah penelitian kita kpd bapak-bapak kita Nabi Adam dan Ibu Hawa, tatkala
keduanya makan buah fana ini. Tidak usah begitu! Karena hubungan semacam ini
kadang2 terjadi antara seorang penghuni syurga dan seorang lagi kekal di neraka.
Namun anda adalah saudaraku… karena a nda adalah seorang Muslim. Setelah itu aku tak
peduli apakah anda org Eropa, India, Turki, atau Cina. Bangsa Barat atau Timur. Atau
apa saja yg anda kehendaki. Karena ini merupakan penggolongan2 sederhana yg tdk
berarti bagiku setelah kurenungkan dalam2.
Anda saudaraku. Karena kita bersama -sama menyembah Tuhan yg Satu. Mengikuti Rasul
yg satu. Menghadap kiblat yg satu. Dan terkadang kita berkumpul disebuah padang yg
luas, yaitu padang Arafah. Kita sama2 lahir dari hidayah Allah. Menyusu serta menyerap
syariat Nabi Muhammad SAW. Kita sama2 bernaung dibawah langit kemanusiaan yg
sempurna. Dan sama2 berpijak pada bumi kepahlawanan yg utama.
Katakanlah demi Tuhanmu. Diufuk mana dijagat raya ini terdapat persaudaraan yg lebih
utama dari pada ini? Jangan sampai Allah mempertemukan kita apabila kita tdk beriman
pada-Nya dan tidak berlindung kpd benteng pertahanan ini.
Marilah wahai saudaraku sayang. Kita duduk bersama -sama sebagaimana layaknya dua
saudara atau dua sahabat karib. Kita saling memperbincangkan hal i ni. Dan yg kita
jadikan sbg sarana bertukar fikiran serta alat pemersatu kita adalah bahasa yg dipakai
Allah dlm menurunkan kitab yg kita baca bersama siang malam itu (yaitu bahasa Arab),
jangan kau ragu ungkapkan isi hatimu padaku! Rasa takut. Harapan. Ke nyerian.
Kenikmatan. Kegembiraan. Dan Kesedihan. Karena aku ingin berbagi rasa dalam hal ini.
Demi Allah, aku sungguh sangat ingin!
Mari wahai saudaraku sayang. Kita bahu membahu mengibarkan setinggi -tingginya
bendera suci dan agung ini. Agar org2 di bara t maupun di timur melihatnya berkibar
diangkasa. Sehingga bergabunglah kpdnya siapa saja org2 yg telah ditulis Allah sbg org
yg bahagia di dunia dan di akhirat. Dan akan berpalinglah siapa saja org yg ditulis Allah
sbg org yg celaka.
Mari wahai saudaraku sayang. Kita singkap sejenak dari hadapan kita penutup tipis dan
tembus pandang yg kita bentangkan antara kita. Yg kita anyam dgn tangan2 kita sendiri
dari benang2 perbedaan pandangan dan salah faham dlm masalah mazhab yg sepele itu.
Dan nun jauh disana. Didalam kehangatan kalimah tauhid pemersatu kita. Dari kampung
ikatan rohani. Kita bersatu tolong menolong. Bantu membantu. Bahu membahu.
Mengurus kepentingan2 kita bersama. Disanalah tercapainya cita2 kita. Marilah kita
bersepakat mengerjakan kewajiban2 ki ta. Mengembalikan keluhuran kita yg telah rusak.
Membangun kembali bangunan kita yg telah runtuh.
Alangkah merdunya bicaramu wahai saudaraku sayang. Alangkah agungnya
keikhlasanmu yg nampak diwajahmu nan cerah. Alangkah indahnya kasih sayangmu yg
bersenandung dalam untaian kata2mu. Betapa sucinya cita2mu yg memancar dari mata
air nan suci yg mengalir dari lubuk hatimu. Alangkah besar gairahmu terhadap agama
kita yg Haq ini.
Ya. Dibalik samudra bebas yg menggunung gelombangnya. Dibalik lautan jihad yg teru s
menerus. Dan dibalik kesabaran tiada terbatas. Disana ditempat yg jauh, akan kita
temukan mutiara yg hilang yg kita cari. Yg kini masih terpendam di dlm lumpur impian
dan kenyataan. Yang digenangi oleh Nur kejayaan dan keindahan. Kesemuanya itu
tergantung pada bersatunya kekuatan. Jernihnya akal fikiran. Pimpinan yg bijaksana. Niat
yg ikhlas. Mati yg lebih gembira menyaksikan kejayaan umat dari pada terpenuhinya
keinginan hawa nafsu. Penuh kesabaran dan keyakinan teguh. Dengan itulah kita
membuat kapal utk menjalani tugas dan menghasilkan cita2. Karena saat terpenting
didalam sejarah kebangkitan kita ialah saat dimana kapal itu akan membongkar sauh dan
memulai pelayarannya yg agung. Maka berkibarlah bendera dan berkumpullah para
penumpang.
Lantas berserulah Sang Penyeru, “Naiklah ke kapal dgn nama Allah saat berlayar dan
saat berlabuhnya. Sungguh Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.