Wahyu Lebah?

Posted: Senin, 28 April 2008 by Divan Semesta in Label:
0

“Saya tak berani katakan bahwa wahyu sudah terhenti di tangan Muhammad. Di dalam Al Quran lebah di beri wahyu, dituntun wahyu Tuhan untuk membantu proses penyerbukan; membuat madu dan lain sebagainya. Lebah saja di beri wahyu, apalagi manusia.”
Ketika kasus kenabian Ghulam Mirza Ahmad salah satu argumentasi yang muncul macam demikian. Padahal, statement seperti itu tidak mengena, sebab wahyu di dalam Islam memiliki beberapa definisi. Sama halnya dengan ruh.
Dalam Quran ruh itu bisa di definisikan sebagai: Jibril (ruhul kudus), al-Quran itu sendiri, Isa binti Maryam, atau idraksillahbillah, yakni keterikatan, keterhubungan selalu antara hamba dengan Allahnya, juga ruh dalam pengertian ”sesuatu yang menggerakan manusia” yang biasa kita sebut jiwa atau Nyawa.
Wahyu dalam pengertian argumen di paragraph awal adalah hukum alam/mekanisme alamiah yang dilakukan oleh mahluk hidup. Dalam kasus lebah tadi, wahyu melingkupi tuntunan Allah kepada lebah dalam hal penyerbukan, pencarian bunga, kegiatan reproduksi dan lainnya. Tentu, wahyu dalam pengertian yang sakral/pengertian risalah kenabian/kerasulan tentu berbeda dengan wahyu dalam pengertian mekanisme alam lebah,
Wahyu di dalam pengertian yang sakral yakni risalah yang diberikan Allah kepada nabinya, sudahlah berakhir (di dalam Islam) karena dalam momentum haji wada Rasulullah pernah berkata bahwa tidak ada nabi dan rasul setelahku. Lantas Mirza Ghulam Ahmad siapa?

0 komentar:

be responsible with your comment