Kisah Heroik Sayyid Quthb: Ditolak Wanita Pujaan, Namun Bergeming Ditawari Pelacur

Posted: Jumat, 15 April 2011 by Divan Semesta in
8

Makin tinggi derajat keimanan seseorang, semakin tinggi pula ujiannya. Mungkin itulah kalimat yang pas bagi Sayyid Quthb. Doa dan goresan pengalamannya memberi pelajaran bagi kita tentang arti keimanan yang sejati. Iman yang tak tergadai meski lautan dunia sudah siap menanti.

Bayangkan di tengah ikhtiarnya untuk memperbaiki diri, ujian datang silih berganti. Sayyid Quthb yang baru saja ditolak cinta oleh pujaan hatinya untuk dipersunting menjadi istri, harus mengalami ujian sulit ketika sosok wanita cantik justru mengajaknya untuk berbuat haram lagi bersedia untuk ditiduri.

Kisah ini terjadi ketika Sayyid Quthb masih dalam perjalanan di atas kapal laut menuju Amerika, setelah ditugaskan Departemen Pendidikan Mesir meneliti di negeri Paman Sam tersebut.

Di atas kapal, orang-orang Amerika telah tahu keberadaan Sayyid. Iya, anak muda dari Kairo, pengarang buku Keadilan Sosial dalam Islam itu. Pemuda itu terkenal gigih akan perlawanannya terhadap Sekularisme, ia tidak menyetujui bahwa Agama dan Kehidupan haruslah terpisah.

Kaum Kuffar itu mengenali dengan jelas siapa pemuda berjas itu. Iya itu pasti Sayyid Quthb, tidak salah, gumam mereka. Sayyid Quthb yang terkenal seantero Mesir sebagai pemuda pintar dan soleh.

Kenapa mereka sampai ingin menjebak Sayyid Quthb? Sebab bagi bangsa jahili itu, Sayyid bisa berubah menjadi musuh Amerika setibanya di negeri Paman Sam. Didasari atas kekhawatiran itu, mereka tak hilang akal. Mereka tahu titik lemah pria pada umumnya, termasuk pria Mesir.

Orang-orang Amerika itu kemudian menyusun skenario untuk melumpunkan iman Sayyid. Mereka memperalat seorang wanita untuk membujuk dan merayunya hingga terjatuh di dalam lumpur kehina-dinaan. Hal ini justru terjadi setelah Sayyid bertekad untuk menjadi tentara Allah.

Setelah Sayyid berinteraksi dan benar-benar merasakan limpahan rahmat Allah hingga berkata: “Saya bermaksud menjadi orang kedua, yakni orang Islam yang loyal dan kukuh, dan Allah berkehendak menguji saya: apakah maksud dan niat saya ini benar, atau hanya sekedar bisikan hati saja?”

Ujian dari Allah kepadanya terjadi beberapa menit setelah Sayyid bertekad memilih jalan Islam, yakni ketika baru saja beliau memasuki kamarnya di atas kapal. Inilah ujian sesungguhnya. Ujian yang datang dari suara seseorang mengetuk pintu.

Sayyid Quthb lalu membukanya. Ia membuka pintu secara penuh ketabahan, sampai pada beberapa waktu, ternyata di hadapannya, telah berdiri seorang wanita cantik lagi semampai dan setengah telanjang dengan gaya merangsang. Sang wanita itu menyapa Sayyid lewat bahasa Inggris, "bolehkah saya menjadi tamu tuan malam ini?"

Sang Sayyid terperangah. Ia hampir saja kalap. Namun bukan Sayyid Quthb namanya jika tidak tahu bahwa inilah jawaban yang diberikan oleh Allah ketika ia betul-betul berjanji ingin memperbaiki diri.

Sang Sayyid lekas mengangkat kepalanya, lalu menolak rayuan wanita itu secara halus. Namun Wanita itu bergeming. Melihat gelagat kondisi tidak berubah ke arah lebih baik, Sayyid mengatakan, “Di kamar hanya ada satu tempat tidur, maaf.”

Namun sapanyanya, mendengar jawaban Sayyid, wanita itu semakin mendesak untuk masuk. Ia bak singa lapar ingin menerkam mangsa di hadapannya lewat tampilan sensual penuh godaan. Pada titik itulah, Sayyid bersikap lebih tegas, lewat iman yang teguh, ia mengusir sang wanita itu keluar menjauh dari kamar.

Beberapa saat kemudian wanita itu terjatuh di lantai papan. Saat itu, Sayyid sadar bahwa wanita itu sedang mabuk. Inilah gadis Amerika pada umumnya. Terbetik dalam hatinya, akan wanita solehah nun jauh di ujung Kairo sana.

Begitu lulus dari ujian yang pertama, Sayyid Quthb segera mengucap: “Alhamdulillah… saya merasa bangga dan bahagia, karena saya telah berhasil memerangi hawa nafsu. Dengan demikian nafsu itu berjalan di atas jalan tekad yang saya tentukan.”

Wanita itulah senjata pertama yang dirancang Amerika untuk menggoda dan meruntuhkan iman Sayyid. Akan tetapi, Allah lebih mengetahui ketetapan jalan yang beliau pilih, yakni jalan Allah, jalan keimanan, jalan cahaya Rabbani yang terang menyala-nyala hingga Allah memberinya taufik dan pertolongan dalam memenangkan ujian itu.

Namun bukan Amerika namanya jika masih belum jera memasukkan tiap muslim ke lubang galian mereka. Lagi, mereka kembali memperalat seorang gadis guna menaklukan iman Sayyid. Mereka menguntit dari satu universitas ke universitas lain setibanya Sayyid di Amerika dan mulai bergerilya meneliti kampus-kampus di sana.

Sampai suatu ketika, datang cobaan kedua menghampiri jiwa syahdu Sayyid. Kini, seorang wanita yang berdebat dengannya tentang perlunya free sex di Institut Keguruan di Colorado dan Galersi.

Wanita itu menjelasakan tentang indahnya kehidupan seks bebas beserta segala racun dunianya. Namun lagi-lagi, godaan itu hanyalah isapan jempol semata. Sayyid bergeming dan tidak tergoda akan kenikmatan dunia fana. Ia kembali lolos lubang dari durjana.

Sudah selesaikah ujian untuk Sayyid? Ternyata tidak. Cobaan ketiga itu datang dari seorang pegawai hotel yang dengan promosi cabulnya menawarkan hostes-hostes dan wanita-wanita cantik, baik yang masih polos maupun yang over acting. Sembari menahan beratnya ujian, Sayyid hanya tersentum dan menolak tawaran memikat itu.

Bayangkan itu semua terjadi di tengah kondisi negara bebas seperti Amerika dan dalam kondisi Sayyid sedang rindu akan sosok pendamping. Tak sedikit pemuda muslim terjebak berada di sana, hanya dalam waktu satu hingga dua bulan.

Padahal Sayyid berada di Amerika selama 2,5 tahun. Inilah hasil dari tarbiyah sejati dari seorang pecinta sejati, yang sejak kecil telah dididik oleh ibunya lewat untaian rabbani.

Hingga cobaan keempat itu kembali datang, kali ini seorang pemuda Arab yang mencoba mempengaruhi Sayyid dengan ceritanya tentang pergaulan bebas yang dilakukannya dengan wanita-wanita Amerika.

Pemuda itu menceritakan bak setan tengah mempengaruhi manusia untuk menjajal perilaku tercela, walau hanya sedetik berselimut syahwat jelata. Lagi-lagi, Sayyid bersyukur. Ia mengucapkan alhamdulillah, betapa Allah amat sayang kepadanya. Godaan demi godaan mampu ia tepis lewat sebongkah cahaya Iman yang terpatri dalam hati.

Ternyata itu bukan kasus terakhir, kali ini berasal dari seorang perawat ketika Sayyid sedang terbaring di rumah sakit. Perawat itu mendekati Sayyid yang tengah berbaring tak berdaya. Ia menceritakan kelebihan-kelebihan yang didamba oleh setiap laki-laki.

Juga upaya seorang mahasiswi untuk menghapus rasa jijik pada pikiran beliau terhadap hubungan seksual yang kotor. Ia menganggap bahwa hubungan seksual tidak lebih dari praktek hubungan biologis yang tidak ada alasan bagi seorang manusia untuk mencelanya, baik dari segi etika maupun lainnya.

Sekali lagi, iman Sayyid sangat tebal. Itulah kunci ia mampu menjadi pria sejati walaupun hingga akhir hayat ia tidak beristri. Kebathilan demi kebathilan tersebut, tak mampu menghanyutkannya kepada dunia. Subhanallah.

Itulah Sayyid Quthb yang kelak sepulangnya dari Amerika, beliau bergabung dengan barisan Ikhwan dan disebut-sebut sebagai ideologi kedua Ikhwan sekaligus mujahid yang tercecer darah syuhada dalam hidupnya. Semoga Allah memberikan menempatkan Asy Syahid Sayyid Quthb bersama kafilah Syuhada di jannah nanti. Allahuma amin. (pz)

***

Note:
Membaca tulisan ini, saya jadi malu. Terus terang hampir bisa dipastikan 60-70 persen kemungkinan, ketika peristiwa itu terjadi di hadapan saya, saya sangat, sangat kesulitan menolaknya.

Terus terang saja, dengan kelemahan, kengeresan saya akhir-akhir ini, menjadikan saya kadang kepikiran untuk bercinta dengan wanita-wanita cantik dan menggetarkan yang kadang saya temui.

Allah mudah-mudahan mengampuni saya. Dan mudah-mudahan saya bisa segera mengelola ketidak beresan ini. :). Mudah-mudahan ketika saya tidak bisa menjaga diri ada sahabat-sahabat yang mau menjaga diri, mengingatkan saya ketika lengah. Amin.

Mudah-mudahan cobaan ini bisa segera berlalu.

Diluar itu, terbayang kan? Karena saya jarang menulis panjang-panjang di akhir tulisan orang. Ini tulisan yang baik, luar biasa dari pemikir muda bernama Pizaro N. T.

Alhamdulillah muncul satu lagi pelanjut estafet risalah kenabian yang berkualitas di dunia penulisan.

8 komentar:

  1. Etimetmea says:

    Banyak kekaguman sy pada Saudara yang menggandrungi SM*SH ini. Entah karena apa (sy terlalu malas untuk mengidentifikasinya lebih lanjut), tapi yang terasa sejak saat itu adalah karena kejujuran Saudara. Ya, keterusterangan Saudara terhadap banyak hal yang Saudara alami. Ibarat kata, jika Saudara sedang berada dalam keadaan munafik, maka Saudara akan berkata, "Munafiklah saya!". Tapi, dalam pada itu, sy yakin, Saudara tidak akan berhenti dalam keadaan (untuk) munafik (terus). Saudara akan melawan bisikan2 itu untuk menjadi pribadi yang ideal sebagai seorang Muslim. Ini yang sy kagumi.
    Tapi kadang---paling tidak akhir2 ini---sy selalu terusik dengan keterusterangan/ kejujuran-pada-diri-sendiri yang sy lakukan juga. Sy sering bertanya-tanya, apakah sudah benar (paling tidak, tidak masalahlah) perilaku jujur-pada-diri-sendiri ini, sampai sy mengumbarnya tidak hanya pada hati sy saja? Semodel Saudara yang jujur kala mengatakan buku Zarathustra itu lebih terasa taste-nya dibanding al-Quran (koreksi jika sy salah) ketika diskusi dengan salah seorang sahabat Saudara.
    Barangkali banyak yang menjadi latar belakang kenapa kita berlaku jujur sedemikian rupa seperti itu. Tapi sy benar2 sedang terusik tentang perihal sudah benar atau tidaknya laku tersebut. Unek2 ini mencuat setelah (kembali) sy membaca kejujuran Saudara yang sy kagumi. Mungkin sy salah, karena sampai saat sy mengeluarkan unek2 ini, sy tidak banyak mencari referensi tentang kebolehan laku yang sy pertanyakan ini. Karena itu, hendaklah Saudara mau memberi nasihat kepada sy yang kebingungan ini.

    Sereh,
    Etimetmea, mantan model.

  1. urpi says:

    Bang, ada webnya den Pizaro N.T, teu?
    Tertarik buat baca tulisan dia yg lainnya. nuhun.

  1. Saya tidak tahu hendak berkata apa, mungkin penyampaian ini tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hanya Allah yang mengetahui hati saya. di dalam hati saya banyak berkelebat godaan-godaan, dalam melakukan banyak hal, dan menulis juga merupakan salah satu diantaranya.

    Mungkin saya ingin kelihatan jujur, karena kejujuran itu buat saya tampak selalu menakjubkan.

    Bagi saya apa yang dilakukan seorang politisi mengenai kasus video porno itu adalah tindakan yang menarik. Di dalam dirinya mungkin ada sikap ksatria. Saya mengagumi Salahudin di satu sisi saya pun tidak bisa menolak bisikan hati karena mengagumi sikap Richard The Lion Heart yang lumayan fair bagi para penguasa Eropa pada masa perang salib saat itu, meskipun ya si Richard sendiri berada di kubu yang salah.

    Diluar pengakuan itu, ada banyak hal yang bermain, ada godaan bahkan ketika kita/saya berusaha jujur.

    Ingin terlihat fair, pastilah salah satu diantaranya, meski saya tahu kadarnya tidak begitu significan (meski tetap ada).

    Yang saya benar-benar tahu bahwa:
    saya ingin menunjukkan bahwa seorang yang merindukan syariat kebajikan-Nya tegak itu terkadang adalah orang yang acapkali ingin melakukan maksiat pula.

    Banyak orang yang beranggapan pelaku maksiat dilarang mendukung penegakan syariat.

    Hm, itu salah besar. Saya tidak mau terjerumus pada kesalahan berikutnya:melakukan kesalahan kemudian melakukan pembenaran atas kesalahan itu kemudian berbalik arah membangkan atau diam.

    Pilihan yang terakhir itu tidak ada di dalam kamus saya. dan saya harap teman-teman, sahabat-sahabat pun melakukan hal yang sama, dalam pengertian:

    Jangan mau berhenti melakukan sebuah kebaikan hanya karena kita melakukan kesalahan.

    Jika kita berhenti menyampaikan bahwa Islam adala dien yang indah, yang layak dipraktikan dalam kehidupan,
    maka kalahlah kita.

    Berhasillah mereka membungkam kita.

    Sejahat apapun kita, sebrengsek apapun kita masih ada harapan, dan dien ini masih terbuka untuk diperjuangkan oleh manusia yang kadang berbuat benar kadang berbuat dosa.

    Saya yakin iman itu bisa dikembangkan. Keterpurukan bisa diganti dengan kejayaan. Gelap bisa menjadi terang. Mudah-mudahan kondisi itu bisa segera saya halau. Saya berusaha. Mudah-mudahan Allah mengampuni dan menghargai pengharapan saya.

    Saya pikir Etimet sudah mengetahui landasan saya berbuat.
    Btw, coba dipikirkan apa baik buruknya, untung ruginya kalau etimet melakukan hal yang sama dengan saya?

    Sudah siapkah menanggung malu seperti seorang lelaki di masa Rasulullah yang keinginan bersetubuh sudah sampai di kepalanya, mendidih, kemudian ia mengakui kehadapan Rasulullah, lalu beliau menasihatinya dengan pertanyaan retoris, bagaimana kalau hal itu terjadi pada ibumu, pada keluargamu dsb.

    Lalu, rasulullah yang mulia meletakan tangannya di atas kepala pemuda itu dan berkata,’Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan peliharalah kemaluannya, setelah itu pemuda tersebut tidak pernah lagi mendekati perbuatan zina.

    Sayalah berharap banyak pada orang disekitar menopang saya ketika saya benar-benar dalam kondisi terpuruk. Saya berharap ada saudara saya yang meletakan tangan dikepala saya dan menasehati.
    (Nampaknya saya yang malah butuh nasihat dari Etimet bukan?)

    Well, balik lagi: kalau mau buka-bukaan seperti itu harus ada tujuannya, dan saya pikir kalau mengakui yang biasa-biasa aja gak papalah, tapi kalau yang sudah sampai titik ekstrim mendingan jangan (tapi kadar keekstriman seseorang beda ya).

    Wallahualam. Semoga Smash! :D

    Eh, sereh itu apa ya?
    --Divan yang dulu sempet pengen jadi artis (ini serius)

  1. Gak tau euy Pi. Saya sih googling aja tulisan dia. Banyak kok. Coba aja.

  1. Etimetmea says:

    "Yang saya benar-benar tahu bahwa:
    saya ingin menunjukkan bahwa seorang yang merindukan syariat kebajikan-Nya tegak itu terkadang adalah orang yang acapkali ingin melakukan maksiat pula."

    Entah di sisi mana sy menyetujuinya, dan entah di sisi mana pula sy menimbang-nimbangnya. Tidak bisakah kita beritahu saja semua orang (terutama yg ingin kita tunjuki itu) bahwa manusia itu benar2 membawa nafsu buruk yang senantiasa nyuntrungkeun kita pada kemaksiatan, dan hanya kekuatan iman kita yang rasionallah hal tersebut bisa kita kalahkan. Dengan begitu kita tidak perlu begitu mengekshibisikan apa yg kita ingin tunjukkan sedemikian rupa. Sebab tidak semua orang menyetujui (kalau tidak bisa dikatakan bisa menerima [keneh kehed :p]) penampakan kita itu.
    Barangkali mereka mempertanyakan, kenapa kita mesti menampakkan seekstrim* itu? Padahal para Sahabat saja (di luar orang yang mengakui keinginbejatannya itu) tidak menampakkan. Mereka sama, pejuang dan perindu hukumNya tegak di muka bumi. Mereka sama2 manusia yang berkomposisi nafsu yang rentan ditunggangi setan. Bahkan mereka iri pada kita, umat Muhammad SAW yang memegang bara apinya meski tidak pernah bersua kecuali dari kisah2nya.

    O, kami rindu nasihat2 menyentuh qalbu ini!
    Kami keren kala mengaku salah ketika salah tanpa secuil pengharapan untuk dianggap keren!
    Maka, biarkan kami tenggelam lebih dalam lagi pada manisnya iman ini...

    Sy mencintai Saudara dan kejujurannya karena Allah (ini serius), maka izinkan sy memberi kecupan, mmmmmmmmuuuuuaaaccchhhhh (ini untuk gagayaan saja)!
    Salahkan dan ingatkan pula ketika sy salah, Kawan...


    Daun Pandan,
    Etimetmea, yang dulu sempet pengen jadi artis juga (sama, ini juga serius).

    ----------------------------------
    *(Footnote yg sangat tidak penting sekali) Hati2 bacanya. Jangan dibaca es krim. Jauh deh itu mah :p

  1. ayyesha says:

    bknx mo sok tau ne, om
    tp apa g bhya klo kejujuran kita yg "berlebihan" itu terkesan spt keraguan kita pada islam? pd jalan hidup kita yg lurus?
    apa bknx lebih baik lg klo kejujuran itu hanya d'bagi pd org2 terdekat n yg pastix bs mncari solusi bwt hal tsb?
    sy tkt hal itu justru mjd alat bg org yg tak menyukai islam s'hingga berdalih m'gunakan nama om divan (atau sy atau siapapun)sbg justifikasi bahwa islam m'ngakui hal lain (sjnis zaratrustha/richard)
    tlg koreksi sy jk terksn m'nduh

  1. Anonim says:

    jggggkk...pengemar Sm*sh sedang berkumpul di sini dan bercurhat ttg kejujuran (termasuk jujur pengn jd artis yg gak kesampaian)..sy baru tahu kalau naluri ini pd pria lbh meluap-luap dr pd wanita..semoga Alloh mmberi kesabaran pd kalian semua pria-pria beriman..(pun wanita2 briman)...salam dg penuh kejujuran sy suka tulisan ini.

  1. divan says:

    Et: Saya juga mencintai Anda Etimetmea (Ieu ngaran hese pisan). Mudah-mudahan Anda bukan homreng ya.

    Ayesha: Makasih nasihatnya.

    Pro syariah: SM*ASH. Hahaha. Amin-amin, mudah-mudahan. Kalau ada turunan, ada tanjakan. Nah mudah-mudahan setelah ini saya bisa mendapat tanjakan. Sama-sama bro/bri.

be responsible with your comment