Goda Menggoda

Posted: Kamis, 10 Juni 2010 by Divan Semesta in
2

Malam ini, aku kembali kesulitan tidur. Membaca buku, menonton film Marjane Satrapi tidak memberikan efek apa-apa. Padahal yang kuperluan adalah menghilangkan ribuan pikiran melayang-layang dan berganti-ganti tak menentu. Aku mengambil banyak hal dari … ini: bahwa pemikiran yang terstruktur setidak-tidaknya dapat membantuku menemukan kenyaman, membantuku untuk tidur sepuas-puasnya. Ketika pikiran-pikiran itu datang, menulis menjadikan diriku focus, dan focus merupakan usaha pendisiplinan diri.

Manusia, membutuhkan focus untuk meraih tujuan. Manusia selalu digoda. Aku selalu digoda, dan kadang meyerahkan diri untuk menggoda.

Bagi kalian, yang sudah memiliki istri pasti paham benar dengan hal ini. Ketika istriku tengah mengetik novel barunya, maka aku menggodanya. Dan ketika Kau menanyakan sampai sejauh mana? Maka itu namanya menggoda pula.

Goda. Menggoda. Buka merupakan focus yang ingin kusampaikan. Distraksi atau gangguan, … inti masalahnya disana.

Godaan tertentu memang tidak murni menjadi gangguan. Tetapi, ada godaan yang memang menjadi gangguan, dan dipermasalahkan jika aku atau kamu mengikuti bisikannya.

Di masa-masa lalu, sebuah buku (kalau tidak salah Elegy Gutteberg) menceritakan ada seorang lelaki yang menganggap tidurnya sebagai sebuah godaan untuk mendapatkan ilmu seluas-luasnya. Nah, dalam tapak-tapak sejarah, para jenderal, menjauhkan dirinya dari wanita, (kalau mau fair begitupun sebaliknya, dan karena wanita pun menggoda) sebelum mereka melakukan penyerangan.

Mereka tahu, bahwa mereka bukan tak perlu wanita, bahwa mereka bukan menafikan dan ingin menjadi pendeta atau biksu karenanya. Melainkan, karena wanita akan mejadi gangguan dalam saat-saat yang tak tepat. (Dalam beberapa kasus, club-club sepakbola melakukan hal yang sama)

Kita, aku mungkin sering tergoda pada waktu-waktu yang tepat.

Kau menyesali waktu yang dihabiskan untuk chatting, tetapi keesokan harinya Kau terus melakukan, hingga Kau pun memutuskan untuk mematikan internet, dan baru menyalakannya setelah prioritas utama terselesaikan.

Championship Manager menyebabkan seoarang anak ITB, gagal wisuda. Kita sering pula mendengar seorang wanita menuntut pacarnya untuk menghamba padanya.

Ganggu dan pecahkan fokus!
Maka tujuan yang ingin dicapai akhirnya terlaksana tidak sempurna, atau malah tidak terlaksana sama sekali, karena godaan itu mulai menjajah. Mengalihkan dan bahkan perlahan menuntut kita untuk memandangnya sebagai tujuan.

Kita tidak sesakit itu, memang. Tetapi tetap saja kita sering merasakan bagaimana distraksi akan memecah kedisiplinan terhadap tujuan.

Kita memerlukan fokus! Mendambakan sistematika! Menginginkan metodologi yang mengarahkan! Mengharapkan tujuan! Karena kita memerlukan hal itu untuk mengembangkan diri dalam pekerjaan, dalam kehidupan berkeluarga, dalam ….

Kita memerlukan focus dan menyadari gangguan bisa mengalihkan focus kita.

Kau mengerti tentang hal itu? Pastinya ya!

Nah, kali ini akan kunaikan lagi derajatnya:
Ketika tujuan kita adalah peradaban,
adakah kita menyadari gangguan dan godaan ternyata mengalihkan tujuan hidup kita yang utama?

Pekerjaan kita?
Tontonan kita?
Persahabatan kita?
Pertemanan kita?
Bacaan kita?
Uang kita?
Keluarga kita?
Hawa nafsu,
emosi,
amarah,
kedengkian,
iri hati,
kesombongan yang tersembunyi.
Apakah itu telah mengalihkan diri kita dari tujuan yang utama?

2 komentar:

  1. nekadmorello says:

    hahahahahahahahahahahah parahhhhhhh gagal wisuda gara2 CM...

  1. Haha. Poho urang. Kamari ka curug sarebu. Lumayan eh. Poho ngajak-ngajak dikau. Btw, libur lebaran kawah putih yah, At?

be responsible with your comment