I Slept with Him but My Hurt is with You

Posted: Kamis, 07 Mei 2009 by Divan Semesta in
3

DALAM sebuah acara talk-show di sebuah stasiun TV Inggeris tahun 90 anditampilkan isu pelacuran. Panelisnya pendidik, pastur, tokohmasyarakat dan beberapa pelacur. Hampir semua menyoroti profesi pelacurdengan nada sinis. Pelacur adalah sampah masyarakat. Pelacur mesti dijauhkan dari anak-anak. Merusak adat kesopanan sosial, dan seterusnya. Tapi yang menarik giliran pelacur angkat bicara. "Saya memang pelacur. Dansaya melakukan ini karena saya janda. Saya menjalani profesi ini untukmenghidupi tiga orang anak saya. Kalian boleh saja mencemooh. Tapi siapa yang perduli jika anak-anak saya kelaparan, siapa! Siapa!" iaberteriak lantang. "Supaya kalian semua tahu, lanjutnya, saya memangpelacur tapi hati saya tetap suci".


Hadirin pun bersorak.Nampaknya orang bersorak bukan karena ia pelacur, tapi karena ia dualis. Menjadipelacur dan merasa suci. Dua sifat yang kontradiktif. Yang saya heran justru mengapa mereka bersorak. Sebab doktrin dualisme sudah lama berakar di dalam pemikiran Barat. Asal usul terdekatnya adalah filsafatakal (philosophy of mind) yang digemari Descartes, Kant, Leibniz, Christian Wolfdan lain-lain. Menurut Christian Wolff misalnya "The dualists (dualistae) arethose who admit the existence of both material and immaterial substances," tapiwujud materi dan jiwa tepisah. Pengertian ini disepakati Pierre Bayle danLeibniz. Bahkan konon Barat mewarisinya dari kepercayaan Zoroaster (1000 SM) di Timur.


Dunia dianggap sebagai pergulatan abadi antara kebaikan dan kejahatan.Thomas Hyde menemukan doktrin ini dalam sejarah agama Persia kuno (Historiareligionis veterum Persiarum, 1700). Doktrin Zoroaster diwarisi oleh Manicheisme dan diramu dengan dualisme Yunani. Tuhan akhirnya dianggap sebagai person dan juga materi.


Bagi orang Mesir kuno Re adalah tuhan matahari simbol kehidupan dankebenaran. Lawannya adalah Apophis lambang kegelapan dan kejahatan.


Deva dalam agama Hindu adalah tuhan baik, musuhnya adalah asura tuhanjahat. Di Babylonia peperangan antara Marduk dan Tiamat adalah mitosyang mewarnai worldview mereka.


Mitologi Yunani selalumenampilkan peperangan Zeus dengan Titans. Di Jerman perang antara Asesdan Vanes, meski berakhir damai.


Dalam filsafat, Pythagoras adalah dualis. Segala sesuatu diciptakan salingberlawanan: satu dan banyak, terbatas tak terbatas, berhenti-gerak,baik-buruk dsb. Empedocles setuju dengan Pythagoras, baginya dunia inidikuasai oleh dua hal cinta dan kebencian. Plato dalam dialog-dialognya memisahkan jiwa dari raga, inteligible dari sensible.Tapi apakah dualisme itu benar-benar realitas? Atau sekedar persepsi yangmenyimpang? Sebab nilai-nilai monistis (kesatuan) dalam realitas jugaada dan riel. Heraclitus dan Parmenides mengkritik dualisme Pythagoras. Banyak itu itupun berasal dari yang satu yang abadi. Yang dianggapsaling berlawanan itu sebenarnya membentuk kesatuan dan tidak bisadipisahkan. Aristotle ikut-ikutan. Dualisme Plato juga tidak benar.


Jika jiwa diartikan bentuk (form) dari raga alami yang berpotensi hidupmaka jiwa adalah pasangan raga. Jadi jiwa dan raga adalah suatukesatuan. Tapi Aristotle ternyata masih dualis juga. Ia memisahkan akaldari jiwa.


Dalam kepercayaan kuno pun unsur monisme juga wujud. Marduk ternyata turunandari Tiamat. Zeus dan Titan berasal dari moyang yang sama. Leviathanternyata diciptakan Tuhan. Pemberontak Mahabharata adalah dari keluargayang sama.


Dalam agama Zoaraster, kebaikan selalu dinisbatkan kepadaAhura Mazda atau Ohrmazd sedangkan kejahatan disifatkan kepada AhraMainyu atau Ahriman. Tapi dalam kitab Gathas, kebaikan dan kejahatanadalah saudara kembar dan memilih salah satu karena kehendak.Para pemikir Kristen mulanya memilih ikut Plato, tapi mulai abad ke 13mereka pindah ikut Aristotle dengan beberapa modifikasi.


Di zamanRenaissance dualisme Plato kembali menjadi pilihan. Tapi pada abad ke17 Descartes memodifikasinya. Baginya yang riel itu adalah akal sebagaisubstansi yang berfikir (substance that think) dan materi sebagai substansi yangmenempati ruang (extended substance).Teori ini dikenal dengan Cartesian dualism. Tujuannya agar fakta-faktadidunia materi (fisika) dapat dijelaskan secara matematis geometris danmekanis. Kant dalam The Critique of Pure Reason mengkritikDescartes, tapi dia punya doktrin dualismenya sendiri. Pendek kataNeo-Platonisme, Cartesianisme dan Kantianisme adalah filsafat yangmencoba merenovasi doktrin dualisme. Tapi terjebak pada dualisme yanglain.Perang antara monisme dan dualisme, sejatinya adalah pencarian konsepke-esaan-an (tawhid). Peperangan itu digambarkan dengan jelas oleh Lovejoy dalambukunya The Revolt Against Dualism. Fichte dan Hegel, misalnya juga mencoba menyodorkan doktrin monisme, tapi bagaimana bentuk kesatuan kehendak jiwa dan raga, tidak jelas.Nampaknya, karena arogansi akal yang tanpa wahyu (unaided reason) maka monismetersingkir dan dualisme berkibar. Jiwa dan raga dianggap dua intitas.


Seorang dualis melihat fakta secara mendua. Akal dan materi adalah dua substansiyang secara ontologis terpisah. Jiwa-raga (mind-body) tidak saling terkait satu sama lain, karena beda komposisi. Akal bisa jahat dan materi bersifat suci. Atau sebaliknya, jiwa selalu dianggap baik dan raga pasti jahat. Padahal dari jiwalah kehendak berbuat jahat itu timbul. Dalam Islam kerja raga adalah suruhan jiwa (innama al-a'mal bi al-niyyat). Karena itu ketulusan dan kebersihan jiwa membawa kesehatan raga.


Dualis dikalangan antropolog pasti memandang manusia dari dua sisi: akal dannafsu, jiwa dan raga, kebebasan dan taqdir (qadariyyah & jabariyyah).Dalam filsafat ilmu, dualisme pasti merujuk kepada dichotomisubyek-obyek, realitas subyektif dan obyektif. Kebenaran pun menjadidua kebenaran obyektif dan subyektif. Bahkan di zaman postmo kebenaranada dua absolut dan relatif. Dalam Islam konsep tawhid inherent dalam semuakonsep, tentunya asalkan sang subyek berfikir tawhidi.


Nampaknya doktrin dualisme telah memenuhi pikiran manusia modern, termasukpelacur itu. Pernyataan pelacur itu tidak beda dari dialog dua sejoli dalam film Indecent Proposal, "I slept with him but my heart is with you".


Seorang dualis bisa saja berpesan "lakukan apa saja asal dengan niatbaik".


Anak muda Muslim yang terjangkiti pikiran liberal akan berkata`jalankan syariah sesuka hatimu yang penting mencapai maqasid syariah".


Kekacauan berfikir inilah kemudian yang melahirkan istilah "penjahatyang santun", "koruptor yang dermawan", "atheis yang baik", "Pelacuryang moralis", dan seterusnya.


Mungkin akibat ajaran dualisme pula PakKyai menjadi salah tingkah dan berkata "Hati saya di Mekkah, tapi otaksaya di Chicago".


Dualisme akhirnya bisa menjadi perselingkuhanintelektual. Hatinya berzikir pada Tuhan tapi fikirannya menghujatNya.


Judul dirubah tanpa sepengetahuan Fahmi Hamid Zarkasyie (Peneliti INSIST)

3 komentar:

  1. surajay says:

    kok my hurt with u sih om
    kalo salah ketik gak mungkin nih
    tapi aq blum bisa menangkap korelasi antara judul dengan isinya (yang my hurt itu)

  1. Salah satu penyakit pengulas sebuah tulisan/lukisan absurd adalah memaknai hal-hal yang si penulisnya sendiri nggak ngomong ini atau itu apa.

    Ente ada bakat jadi tukang ulas.

    Lha judul tulisan sy aja dipikir-pikir dan dibilang "kalau salah ngetik, nggak mungkin nih."

    Heheh... ente harusnya nurut sama pikiran ente yang bilang bahwa judul sy yang salah jay.

    Harusnya emang my heart hehehe.
    :p, sy salah tulis

  1. Anonim says:

    [B]NZBsRus.com[/B]
    Lose Sluggish Downloads With NZB Downloads You Can Rapidly Search HD Movies, PC Games, MP3 Singles, Software & Download Them @ Electric Speeds

    [URL=http://www.nzbsrus.com][B]Newsgroup[/B][/URL]

be responsible with your comment