Atheisme

Posted: Selasa, 15 April 2008 by Divan Semesta in Label:
7

Lelaki yang saya temui itu bersih sekali. Bekas air wudlu terkesan memancar dari wajahnya. Cahayanya menyapa jamaah masjid yang kebetulan tergesa-gesa untuk melapor ke yang Kuasa --sebab waktu itu sudah hampir petang. Saya memperhatikannya sekilas --diapun demikian. Sebelum memulai pembicaraan, dia lebih dahulu mencuri start untuk menegur saya.

“Sering ikut diskusi disini ya?”

“Ya iseng-iseng berhadiah. Eh, namanya siapa Mas?”

Tangan kami bersentuhan. Ternyata, namanya Azhar (taruhlah demikian). Seperti biasa yang dilakukan orang-orang, saya kemudian melancarkan basa-basi yang memang bermanfaat untuk membuka pembicaraan.

“Rumah dimana mas?”

Cepat dia menjawab “Di bawah alam semesta!”

Saya sedikit terkejut. Feeling membisikan bahwa orang dihadapan saya ini, tidaklah sembarangan. Saya beri dia sedikit tes lagi, untuk memastikan.

“Maksud saya, mas di Bandung tinggal dimana?”

Dia terkekeh “Ya dimana-mana”

“Kalau begitu, mas bakteri?”

“Benar! Saya bakteri. Seperti Tuhan yang juga, ada dimana-mana!”

“Aha, Pantheisme1) kalau begitu?”

“Itu bahasa kerennya. Bahasa dimasa wali songonya, manunggaling kawula gusti, ana al haq. Sayalah Tuhan!”

Dan kami pun terbahak-bahak. Ia tertawa serius sedangkan saya tertawa sembari menyembunyikan segala macam konsep yang bertentangan dengan pemikirannya. Setelah intensif berdiskusi, Azhar yang saya temui ternyata atheis 100%, bukan atheis yang sekedar sok seksi supaya mendapat perhatian.

Sekilas Sejarah Atheisme

(Untuk sound track :D unduh dulu dong ah lagu Anti-Mammon, lagu gerombolan sayah! di: http://www.reverbnation.com/antimammonindonesia)
 
Untuk membedah atheisme tentu memerlukan waktu yang lama. Space yang diberikan Ali pada saya tidak mencukupi untuk membuat kalian faham sedetail-detailnya, serinci-rincinya mengenai atheisme serta pernik-perniknya. Tetapi, saya bersenang hati untuk menjelaskan beberapa fundamen yang menyebabkan mengapa atheis bisa sampai ada di dunia ini, dan pemahaman seperti apa yang mereka miliki.

Selaku orang yang tahu di tidak tahunya, saya tidak merasa canggung untuk mengangkat tangan jika ditodong pertanyaan, kapan atheis muncul didunia?. Apabila dirunut-runut, sangat rumit untuk menjawab pertanyaan itu. Kebanyakan sumber sejarah menyatakan bahwa atheisme telah ada sejak zaman Yunani menjadi mercusuar peradaban. Dari masa itu, hingga masa kegelapan dan rennaisance keberadaan orang atheis belumlah memiliki andil hingga datang orang-orang besar semacam Ludwig Feurbach, filsuf palu Nietche2) , Proudhon serta Bakunin3) ikut serta melanjutkan ide Heraklitos dan Demokritos (filsuf Yunani)4). Adanya mereka menyebabkan ajaran atheis yang semula sepi pengikut menjadi popular.

Di kemudian hari, ketika Karl Marx menuliskan tesis XI tentang Feurbach, yang berisi “para filosof hanya menginterpretasikan dunia dalam berbagai cara, masalahnya adalah mengubah dunia”, barulah gerbang kesadaran kaum atheis dunia (khususnya, yang kekiri-kirian) terbuka. Tesis itu mengajak para filsuf untuk beranjak dari onani intelektualnya menuju kehidupan nyata. Melalui tulisan yang cukup membuat geger kalangan intelektual humaniora Eropa, filsafat atheis Marx mulai dipraktikkan berdasarkan program kerja yang langsung di terapkan ke tengah-tengah masyarakat. Setelah Marx wafat, Vladimir Illich Ulyanov (Lenin) --yang banyak dianggap sebagai pewaris sah ajaran Marx5)— berkerja melanjutkan program Marx dalam membebaskan manusia dari penindasan (termasuk penindasan agama, penindasan Tuhan). Ia berkerja memobilisasi masa untuk merevolusi kekuasaan Tsar Nicholas. Tsar runtuh, kekuasaan terbesar anti Tuhan terbesar muncul menjadi poros kekuatan yang menyaingi hegemoni Eropa dan Amerika hingga keruntuhannya di tahun 1989.

Sejak peristiwa spektakuler yang terjadi di tahun 1917 itu, masyarakat, anak-anak SMA, serta mahasiswa perguruan tinggi, mulai terkena distorsi pemahaman, yang menyatakan bahwa atheis itu pasti sosialis, marxis, atau komunis padahal, atheis tidak selalu kiri sosialis-komunis. Sebab, pada fakta yang terdekat dengan kehidupan saya, Azhar mengaku sebagai atheis yang sepakat dengan ide kapitalis.

Menurut prakiraan pemikiran saya, --setelah membaca berpuluh buku berkenaan topik yang dibicarakan-- atheis merupakan sebuah pandangan mendasar mengenai kehidupan diantara keyakinan lainnya (theis : percaya tuhan dan agnostic6)). Atheis merupakan jalan hidup, cara berfikir yang anti terhadap sesuatu yang gaib (yang tidak bisa di indera oleh manusia). Munculnya atheisme kebanyakan dikarenakan adanya ketidakpuasan, atas jawaban-jawaban manusia ketika menyikapi fenomena alam.

Di masa lalu, saat hujan turun, seorang yang dikepalanya berdempet pertanyaan kritis, menanyakan bagaimana dan dari mana asalnya hujan. Orang-orang disekitarnya mengatakan bahwa hujan berasal dari roh halus, dari tuhan. Yang anehnya lagi, ada yang mengatakan bahwa hujan berasal dari kodok (karena sebelum turun hujan kodok acapkali bertoet-toet mengisyaratkannya).

Saat ditanya dari mana datangnya gelombang besar lautan dan badai, orang mengatakan penyebabnya dikarenakan dewa Thor sedang mengamuk. Ketika ditanya, kenapa sampai muncul gempa bumi, maka jawaban yang paling mudah adalah dengan mengatakan bahwa dibalik bumi ini ada sebuah ular besar yang sedang menggeliat. Setelah menjawab --tanpa penelitian lanjutan-- permasalahan yang ada, kupas dituntaskan.

Disuguhi pendapat seperti itu, orang kritis tidaklah mungkin puas. Ketika jawaban orang awam mengenai bagaimana fenomena alam terjadi, mulai di ambil penguasa sebagai alat justifikasi kebenaran yang menzalimi orang kritis maka tumbuh suburlah antipati atau kekesalan terhadap sesuatu yang gaib (terlebih, ketika melakukan penelitian ternyata para filsuf tidak melihat --dengan mata kepala sendiri-- hal-hal gaib yang orang-orang umum bicarakan). Klimaksnya, titik puncak kebencian terhadap ketidaklogisan memunculkan front antara orang-orang atheis (yang tak mempercayai sesuatu yang tidak bisa ditangkap indera), versus orang yang mengakui adanya dewa-dewa, Tuhan penguasa alam dan hal-hal gaib lainnya.

Dalam tataran epistemologi --yang merupakan ilmu yang ditujukan untuk mencari kebenaran pengetahuan, serta alat-alat apa yang bisa digunakan untuk mencarinya--, orang atheis dapat dipandang memiliki epistemology yang hanya mempercayakan indera untuk menghakimi bahwa sesuatu itu ada atau tidak. Orang atheis mengambil metode ilmiah sebagai landasan berfikirnya. Kemudian, dari landasan utama atheisme, dibangun sekian banyak pemikiran.

Kritik atas Atheis
Dalam ranah pembahasan filsafat, terdapat dua aliran besar materialisme.dan idealisme. Materialisme adalah aliran yang menganggap bahwa tidak ada campur tangan hal-hal yang gaib dalam penciptakan alam semesta dan pengaturan hidup organisme yang ada didalamnya. Sedangkan idealisme adalah pemahaman yang mengatakan bahwa dibalik alam semesta mestilah ada kekuatan supranatural yang mengaturnya.

Saya termasuk idealis, karena mempercayai bahwa dibalik alam ini, terdapat sebuah kekuatan besar yang mengendalikan, mengelola bahkan memporak-porandakan alam, sebab saya menemukan kesimpulan bahwa materi tidak bisa berkuasa atas dirinya sendiri. Air tidak bisa mendidihkan dirinya tanpa ada syarat yang harus dipenuhi. Air baru mencapai titik didih dalam 100 derajat celicius pada 1 atmosfir. Lantas, siapa yang menentukan titik didih air? Apakah materi air itu sendiri?. Selaku manusia, saya tidak bisa mengatur debaran jantung, harus berdetak sepersekian detik atau sedetik sekali. Saya tidak bisa mengatur aliran darah atas kuasa saya pribadi. Saya tidak bisa menghentikan aliran darah hanya dengan mengatakan “stop” dan “jalan!” untuk menghentikan dan mengalirkannya kembali. Dan saya menemukan, bahwa panjang bulu alis tidak bisa melebihi panjang rambut (semenjak lahir, saya tidak pernah mengupayakannya demikian).

Dari fakta (diantara fakta lain yang tak terhitung banyaknya), saya mengambil anggapan, bahwa saya dan mahluk lainnya, dimiliki, diciptakan dan tergantung pada sebuah kekuatan supranatural yang juga menggatur alam semesta. Dengan kepercayaan seperti itu, bukan berarti saya selaku seorang muslim tidak mau melakukan research untuk mengetahui, mengapa detak jantung secara otomatis berdebar sepersekian detik sekali. Keyakinan seperti ini, tidak mengindikasikan bahwa saya tidak mau mengetahui mengapa darah memiliki jalur yang rumit dan terencana dalam mendistribusikan alirannya. Juga, tidak pula bermakna, saya tidak bekeinginan untuk memuaskan penasaran demi menyingkap faktor-faktor apa yang menyebabkan alis saya seperti ini. Demi Tuhan, atas suruhan Al-Quran, manusia diajak untuk membaca alam semesta, meneliti gejalanya, menjadikannya sebagai pembelajaran demi menyibak tabir yang menghalangi kemajuan peradaban.

Secara tidak langsung,Islam menyuruh manusia, memadukam metode rasional dan ilmiah untuk dijadikan landasan demi mencari kebenaran pengetahuan. Apa yang saya utarakan ini sempat dibantah oleh Azhar, dengan anggapan bahwa satu-satunya kebenaran pengetahuan hanya bisa didapat dengan menggunakan metode ilmiah. Seandainya saudara saya itu konsisten menjadikan metode ilmiah sebagai landasan untuk mencari kebenaran, maka orang atheis yang ada di Alaska, yang ada di Cuba, atau yang sedang menyandang senjata ikut dalam perjuangan Zapatista, harus menafikan keberadaan saya. Karena, saya tidak terindera oleh mereka. Padahal saya ada kan? Saya yang buat esai ini untuk teman-teman kan?.

Seandainya Azhar konsisten dengan pernyataannya, maka sudah sepantasnya ia menafikan sejarah. Seorang atheis yang tinggal dibandung --yang pada tahun 2004 menjadi seorang pedagang yang giat itu--, harus menafikan adanya Marx, sebab ia belum pernah bertemu dengan Marx.

Sebelumnya, Azhar mengatakan

“Lho!, bukankah Marx diyakini karena meninggalkan Das Kapital, German Ideologi, Manivesto Komunisnya? Bukankah foto-foto Marx ada?”.

Celoteh saya :

“Bagaimana kalo semua itu rekayasa?. Bagaimana kalau Marx tokoh fiktif?. Gambar, lukisan atau foto, gampang dibuat seperti rekayasa yang dilakukan oleh laki-laki brengsek, yang melukis wajah setan di acara Pemburu Hantu.

Seharusnya Azhar tidak mempercayai Marx sebab –bisa jadi-- ia merupakan mitos yang tidak memenuhi syarat ilmiah --yang tentunya, mengharuskan sebuah objek itu dapat diindera dan dapat di masukan ke dalam laboratorium. Mengapa? karena Marx sudah berada jauh dibelakang kita. Manusia Trier itu, tidak mungkin diindera serta dimasukan kedalam laboratorium. Satu-satunya cara agar eksistensi Marx dapat dicerna keberadaannya, ialah dengan melalui penyandaran kepercayaan terhadap adanya peninggalan berupa buku dan benda-benda, serta informasi yang menyatakan keberadaan Marx. Mungkin, hal tersebut dikatakan ilmiah, tetapi saya fikir, bagaimanapun juga, sejarah tidak mungkin memenuhi syarat ilmiah seperti halnya syarat metode ilmiah yang saya kemukakan diatas.

Eksistensi Marx hanya dapat di yakini menggunakan perangkat metode rasional berupa penyandaran terhadap bukti-bukti dan informasi yang ada. Dan hal itupun (metode rasional) dipergunakan untuk mencari eksistensi Tuhan --yang eksistensinya dibuktikan dari keberadaan alam semesta dan diri kita yang tertelingkup didalamnya.

Saya menemukan beberapa kasus orang atheis, sebenarnya menggunakan hal-hal yang tidak ilmiah dalam penelitiannya (dan ini kontradiktif dengan definisi metode ilmiah yang diagungkannya). Beberapa orang atheis, melakukan spekulasi atas penelitian-penelitan yang diklaimnya sebagai hal ihwal adanya manusia. Contoh konkretnya, --dalam sudut pandang, kacamata Rayban saya--, apa yang dilakukan Darwin sebenarnya tidak ilmiah. Ia menyimpulkan bahwa manusia berasal dari perkembangan, perjalanan evolusi mahluk renik hingga mamalia.

Hal itu diklaim, karena ia menemukan karakteristik atau struktur yang hampir sama dalam susunan tubuh manusia dan binatang (terutama pithechantropus erectus, monyet, simpanse orang utan, juga lain sebagainya). Yang harus dijadikan bahan kontemplasi (renungan) adalah, apakah Darwin hidup pada masa peralihan kera menjadi manusia purba?. Apakah Darwin memiliki lorong waktu, kemudian dia mengintip dua ekor manusia purba bersenggama di balik pohon kaktus, kemudian setelah beberapa lama, yang betinanya melahirkan hingga Darwin meyaksikan perubahan itu berlangsung (perubahan dari kera ke manusia purba/dari manusia purba menuju manusia modern seperti kita). Tidak kan?. Berarti Darwin berspekulasi. Dan spekulasi seperti itu sangat rentan, karena tidak memiliki pembuktian yang jelas, hanya mengawang-awang. Artinya, tidak ilmiah dong!.

Orang atheis yang sering saya temui, banyak yang menjadi atheis tanpa memahami seharusnya pola fikir apa yang mendasari seorang atheis menyikapi fenomena alam raya (yaitu metode ilmiah bukan rasional). Banyak yang saya jumpai menyatakan bahwa dirinya, dan segala benda berasal dari atom yang kekal (mengutip pendapat-pendapat yang mahsyur). Tetapi, saya fikir teman-teman itu, belum pernah memegang dan meneropong sebuah atom melalui mikroskop super yang kebanyakan hanya terdapat di laboratorium negara maju. Jelasnya, teman saya menjadi atheis bukan karena dia menjadikan metode ilmiah sebagai asas berfikirnya. Ia menyandarkan keatheisannya pada pendapat ilmuwan atheis yang melakukan eksperimen. Ia menyandarkan keatheisannya pada orang-orang atheis, yang pernah langsung melihat atom dan strukturnya. Ia mengambil metode rasional yang seharusnya dinafikannya.

Saya selaku seorang muslim mempercayai (disertai dengan seperangkat alat pembuktian) bahwa cara mencari kebenaran sebuah pengetahuan tidak bisa disandarkan pada metode ilmiah melulu. Metode ilmiah hanyalah bagian dari alat untuk mencari kebenaran. Alat yang lainnya untuk mencari kebenaran sebuah pengetahuan adalah juga, metode rasional. Seandainya saya menjadi seorang ilmuwan --atas dasar pemikiran diatas—saya akan menjawab dari mana datang hujan, dengan menerangkan kaidah kausalitas yang mengatakan bahwa hujan terjadi, karena uap air dinaikan oleh hangat matahari. Lalu, uap air berkumpul berkumpul di awan. Manakala awan tak kuat lagi ditunggangi bilyunan uap air, tumpahlah tetesan hujan. Dan dengan metode rasional --yang merupakan alat untuk mencari kebenaran eksistensi pencipta—maka, saya akan melanjutkan penjelasan perihal keterperangahan saya (mengenai keajaiban alam) dengan mengatakan : maha suci Allah atas segala kekuasaan-Nya yang meliputi semesta raya!.

Saya terpaksa menjelaskan ini, untuk membantah anggapan yang sudah mengakar pada diri atheis batu! (yang proporsional nggak lho ?) bahwa : orang yang mengakui keniscayaan kekuatan supranatural dibalik kedahsyatan alam raya, pasti tidak mau melakukan penelitian ilmiah. Katanya, “orang-orang beragama selalu menjelaskan fenomena alam semesta berdasarkan dogma!. Bahkan, dengan optimisnya, sang atheis batu mengatakan bahwa orang yang terpintar di dunia ini adalah atheis. Orang atheis pastilah selalu pintar. Ah!, kata siapa?. Apakah Einstein penemu relatifitas itu tak bertuhan? (contohnya standar banget sih?), apakah Habibie yang mampu membuat pesawat terbang, orang yang tak bertuhan? (meski pesawatnya nyusruk mulu). Apakah kamu selaku sang atheis batu, lebih pintar dari saya yang menyerahkan sepenuhnya hidup ini untuk Allah? tentu, dengan pongahnya akan saya katakan : tidak!, ditambah sedikit he..he…he.

Dalam perputaran sejarah, pemegang tampuk peradaban selalu datang silih berganti. Ada kalanya suatu masyarakat melambung, hingga menjadi bahan acuan sebuah abad. Tetapi, kejayaan sebuah masyarakat tidaklah akan kekal sebab kejayaan sebuah masyarakat atas peradaban manusia akan selalu dipergantikan, selalu dipergilirkan, dan dijatah, selama masyarakatnya mau berusaha mewujudkannya.

Zaman dahulu, di Andalusia, orang atheis itu bodoh-bodoh (saya coba mengikuti alur fikirnya). Nama mereka kalah mahsyur karena penemuan yang dilakukannya tidak sespektakuler orang Islam ketika mengeksplorasi alam semesta dan isinya7). Mungkin, --saat ini-- orang atheis adalah orang yang paling pintar (mungkin lho) tapi, tidak menutup kemungkinan bahwa orang-orang yang mempercayai Tuhan, akan menggantikan masa dimana, orang atheis menjadi ilmuwan terhebat.

Saya harap, jika seseorang yang memang meyakini kepercayaan terhadap kekekalan dialektika materialisme, ia tidak menjadi atheis yang batu!. Sebab, kembali saya ulangi : adalah keliru, jika seorang atheis mengeneralisasi bahwa orang yang mempercayai Tuhan pasti gaptek ilmu pengetahuan dan tidak mampu menciptakan inovasi material. Bolehlah saudara sedikit tahu bahwa, jika merujuk pada Al Quran, maka seorang muslim bukan saja dituntut untuk meyakini Allah, tetapi juga diharuskan untuk meneliti alam semesta, melakukan discovery, membuat rancangan inovasi yang darinya dipergunakan untuk kebaikan dan peningkatan standar hidup material serta kesejukan spiritual manusia.

Oleh karenanya, saya berharap jika ada seorang atheis batu ikut menelusuri tulisan ini, setidaknya ia akan serta merta menjadikan atheis yang proporsional. Atheis yang menerima bahwa : orang yang mengakui Tuhan pun, memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi intelektualnya. Sukur-sukur jadi percaya pada kemaha kuasaan-Nya ?. Suit suit pituwiw!

(Untuk sound track :D unduh dulu dong ah lagu Anti-Mammon, lagu gerombolan sayah! di: http://www.reverbnation.com/antimammonindonesia)

Catatan kaki korengan---------------
0) Tulisan ini tersimpan di rak masa purba.
Saya tidak berusaha mengkoreksi, meski ketahui ada beberapa kesalahan di dalamnya.


1) Pemahaman yang menyatakan bahwa di dalam unsure semesta terdapat cahaya keilahian.Oleh karenanya Tuhan dapat menyatu dengan manusia dan manusia dapat menyatu dengan Tuhan.

2) Dikatakan filsuf palu karena Nietche sering mengeluarkan kata-kata kasar untuk mejelekan agama (terutama protestan dan katolik). Ia dikenal juga dengan julukan “nabi kematian Allah”. Nietche pernah mengatakan “Tuhan telah mati!” dan seorang lelaki dari perpustakaan batu api mengatakan “Nietche telah mati, Tuhan!”

3) Bapak Anarkisme

4) Heraclitos dan Demokritos penganut faham filsafat naturalis. Kedua filosof Yunani ini mempercayai bahwa dibalik fenomena alam tidak terdapat kekuatan gaib. Alam berjalan dengan semestinya, disebabkan oleh materi yang merupakan unsure semesta yang tak terbagi dan kekal.

5) Ajaran Marx itu multi tafsir. Banyak pihak yang menafsirkan ajaran Marx yang sebenarnya memusingkan diantaranya Friederich Engel yang merupakan sahabat karib Marx serta Kautsky dari tangan mereka lahir Marxisme. Sedangkan dari tangan Lenin lahir gerakan komunis yang menyatukan pemikiran Marx dengan pemikirannya sendiri (marxis-leninis).

6) Agnostic Paham yang tidak membenarkan dan menyangkal keberadaan Tuhan karena keduanya berada diluar jangkauan kapasitas manusia. Lain kata, agnostic pemahaman yang menyatakan tidak ada yang pasti. Tuhan merupakan spekulasi, sebab tidak ada satu orangpun pernah bertemu dengan Tuhan. Klaim tidak ada Tuhan pun merupakan spekulasi sebab tidak ada orang atheis satupun yang mencari keseluruh penjuru dunia dan angkasa hingga menemukan ketidakadaannya wujud tuhan. Jadi, orang agnostis akan mengatakan dari pada berspekulasi lebih baik tidak usah berfikir Tuhan itu ada atau tidak, toh keberadaan dan ketidakberadaannya tidak memliki relefansi dengan kehidupan.

7 komentar:

  1. Idub says:

    Salam kenal bung, tulisan yang menarik :)

    Saya mau tanya pendapat anda tentang mereka yang percaya Tuhan (apapun sebutannya) tapi tidak percaya agama. Di satu sisi mereka adalah idealis karena percaya ada yang mengatur hidup ini, tapi disisi lain mereka adalah materialis karena mereka tidak percaya/masih mempertanyakan apakah benar agama turun dari Tuhan melalui wahyu atau agama adalah produk budaya ciptaan manusia?

    Jangan dimarahin ya kalau pertanyaan saya aneh hhehe..:)

  1. Salam kenal juga Idub, saya dah lama nggak baca tulisan sy sendiri. Itu dibuat tahun 2004-an tentunya ada beberapa informasi yang bisa dikritisi. Sy nggak tau arah pertanyaan kamu kemana, tapi oke lah.

    Posisi mereka, sebenarnya merupakan sebuah pencapaian pula. Dan pertanyaan mengenai apakah benara kitab/wahyu buatan Tuhan atau kah rekayasa manusia, adalah hal yang alamiah, dan harus dilewati juga oleh orang yang mau melakukan pencarian, yang mau berfikir mengenai tujuan hidup itu 'Aku' itu apa.

    Apakah wahyu itu buatan manusia?
    tentu akan bisa dipertanyakan, balik.
    Wahyu yang mana?

    Banyak yang mengklaim ini wahyu itu bukan wahyu. Ada pula yang menggeneralisir tidak ada wahyu, yang ada hasil produk budaya manusia, karenanya adopsi saja titah yang sesuai dengan keperluan kita, lainnya kita bisa mengembangkannya..

    Namun, sudahkah ia benar-benar membandingkan antara satu wahyu dengan wahyu lainnya, setidaknya untuk agama-agama besar dunia. dan bagaimana cara membandingkannya pun dipertanyakan.

    Ada banyak hal yang bisa digunakan untuk membuktikan apakasesuatu itu wahyu atau ternyata produk manusia cerdas pada zamannya. salah satu diantaranya adalah otentisitas, tapi saya tidak akan menjabarkan hal itu. saya hanya berusaha mengungkap di satu sisi yakni ketika wahyu membenarkan dirinya.

    Saya tidak percaya pada statement bahwa kebenaran Al Quran itu muncul dr pendapat bahwa Al Quran menantang manusia untuk membuat semisalnya, menantang orang Arab untuk membuat surahnya. Sehingga memunculkan bahwa Al Quran menantang manusia, menantang orang arab sedangkan Muhammad manusia dan orang Arab. Berarti ada dua oknum, yang menantang dan di tantang oleh wahyu. Berarti benarlah bahwa Al Quran dibuat oleh Allah, bukan oleh manusia/orang Arab atau Muhammad.

    Itu benar secara akidah, tetapi bagaimana orang yang tidak memiliki akidah yang sama mempercayai hal itu?

    .....

  1. Saya memiliki pendekatan, ketika Al Quran mengatakan HUWALLADZIII ANZALAL KITABA BILHAQ WAL MIIZAAANN….(Allah yang menurunkan Al Quran dengan conten kebenaran dan keseimbangan di dalamnya)
    Para mufassir, kemudian berusah mencari2 maksud hal ini. Mereka melakukan penelaahan, bahwa keseimbangan di dalam Quran ternyata sangat banyak dan bisa dibagi.
    Ada keseimbangan yang unik, bahwa ketika Quran menyebutkan kata Hari= yaum, ternyata kata hari di dalam Al Quran hanya ditemukan 365 hari, tidak 200, tidak 666 seperti lambing setan misalnya. Hanya 365 hari (¼ gak dihitung ya). Sedangkan kata syahr, atau bulan ternyata hanya ditemukan 12 tidak 13 seperti angka yang dikatakan sial atau 9, seperti angka tertinggi kalau kita main cekian. Apakah Muhammad yang membuat hal itu?
    Ada lagi keseimbangan lainnya, bahwa di dalam al quran kata padanan LANGIT dan BUMI itu memiliki jumlah kata yang sama, SURGA dan NERAKA, PANAS dan DINGIN, MALAIKAT dan SETAN, setelah dihitung semuanya seimbang. Apakah Muhammad membuat hal itu? menyisipkan dengan sengaja.
    Mungkin jawabannya nya ya!, tetapi setahu saya, beliau tidak pernah melakukan pembahasan hal tersebut di zamannya, untuk membenarkan wahyu yang disampaikannya. Bukankah hal yang menarik itu bisa digunakan untuk melakukan pembenaran? Dan sialnya tak ada satu riwayatpun mengatakan bahwa Muhammad membenarkan Al Quran dengan melakukan pendekatan tersebut. Jadi siapa yang membuatnya?
    Di dalam Quran ada pula sebuah ayat yang mengatakan tentang nabi Sulaiman yang tengah berjalan dan berhenti ketika mendengar suara seekor semut memerintahkan pasukannya untuk berhati-hati terhadap kedatangan sulaiman.. Di dalam al quran, penyembutan semut itu menggunakan huruf ta marbutah, yang mengidentifikasi jenis kelamin perempuan. Para mufassir kebingungan, dan mereka baru menemukan sebuah petunjuk ketika ilmu biologi modern menemukan bahwa yang memerintah koloni, sentral komando kerajaan semut ada di ratunya.

    Apakah Muhammad terlebih dahulu menggunakan mikroskop untuk melihat jenis kelamin semut, kemudian dia membuat ayat? Kenyataannya mikroskop baru dikenal di zaman modern, bukan zamannya Muhammad. Lantas, siapa yang membuat Al Quran.
    .....

  1. Kemudian, surat Arrahman (kalau tidak salah ayat 37-38. Silahkan cek) dikatakan:
    Maka Apabila langit terpecah belah dan menjadi merah mawar seperti kilapan minyak. Maka nikmat Tuhanmu yang mana yang kamu dustakan.

    Seorang teman, seorang atheis, pernah mendadak menjadi muslim, karena ia melihat sebuah memperlihatkan bagaimana sebuah nebula (kalau tidak salah) meledak, dan ledakannya seperti indahnya bunga mawar. Untuk photonya, silahkan cek di google dengan kata kunci mawar merah di langit/cat eye nebula.

    Siapakah yang menciptakan pemberitahuan itu ribuan tahun lalu? apakah Muhammad? Sayangnya, Muhammad tidak ahli dalam masalah astronomi. Orang-orang dizamannya, belum mengetahui nebula itu apa. Lantas, pertanyaannya Siapakah yang menciptakan Quran?

    Ituhanya segelintir hal-hal menakjubkan yang dibicarakan di dalam Quran. Kamu bisa melihat sekelumit VCD standar Harun Yahya, tetapi sy lebi mereferensikan buku Mukjizat/Keajaiban Al Quran Dr. Quraish Shihab. Atau pemikir2 Iran ky Murtadha Muthhari atau Thabatabai dalam menjabarkan kebenaran Quran.

    Dari hal itu, kita bisa mengambil kesimpulan mengapa banyak orang yang kemudian tidak mempercayai wahyu, dan mempercayai wahyu sebagai produk budaya. Bahwa, penelaahan terhadap kitab suci nya bisa jadi belum terlalu dalam, kemudian menyimpulkan.

    Sebagai sedikit contoh kasus, Anand Khrisna, Ghandi mengatakan bahwa semua agama itu sama. Masalahnya apakah benar sama, sementara bible saja memiliki konsep trinitas, dan didalam bible ada statement elia, elia sabaktani…tuhan, tuhan tolong aku! Yang mengatakan itu kristus saat akan di salib. Bagaimana mungkin sesuatu yang disebut tuhan (Kristus) kemudian meminta pertolongan pada Tuhan. Bagaimana konsep Islam dalam memandang Tuhan….Allah itu esa, tak beranak dan tidak diperanakkan, tak berawal dan tak berakhir, dan tak ada satupun yang menyerupainya. Bagaimana kita bisa mengatakan semua agama sama, sementara tidak hanya di dalam tataran konsep iman, dalam tataran Ritual penyembahan saja berbeda dalam menjabarkannya: agama teotihuakan melakukan ritual dengan menusukan belati ke dalam jantung dan mengambil jantung yang masih berdebar sebagai sesembahan, sementara Islam berbeda.
    Disini saya mengambil kesimpulan bahwa perbandingan yang dilakukan Anand dan Ghandi bukanlah perbandingan dan pengambilan kesimpulan yang bisa dipertanggung jawabkan.

    Manusia bisa begitu kan?
    Wallahu alam….lagi lagi saya mengatakan… Idub, saya tidak tahu arah pertanyaan kamu kemana… dan untuk apa marah? :)

  1. Dan itu tanggapan, kepanjangan banget

  1. udin says:

    pada masa sahabat dan selanjut walau dgn iptek tidak se"wow" sekarang, kaum muslimin memiliki iman yg kokoh sangat, termasuk dalam mengimani keotentikan AlQuran adalah kalamullah. apakah ada data bagaimana mereka mencapai kesimpulan atau mendapat penjelasan sepertia apa sehingga beriman seperti demikian?

  1. Ada hadist rasulullah mengatakan, Idup, yang kurang lebih beliau bertanya: siapakah yang keimanannya paling kuat, paling hebat? para sahabat mengatakan malaikat Allah, kemudian Rasul mengatakan bagaimana mungkin nggak kuat sementara mereka langsung melihat Allah dan kemahakuasannya. Kalau begitu para rasul, kata sahabat. lantas rasulullah mengatakan, bagaimana mungkin para rasul tak beriman kuat sementara risalah sampai di lisan mereka. Para sahabat kemudian ke geeran, dan mengatakan kalau begitu kami ya rasulullah. Muhammad SAW tersenyum, bagaimana mungkin kalian tak beriman sementara kalian melihat perilakuku, mengetahui kehidupanku.

    Hadistnya masih ada terusannya, tapi saya berhenti disana karena dari riwayat tersebut kita bisa melihat bagaimana sahabat memiliki iman kuat luar biasa karena rasulullah memberi contoh/aksi menginspirasi, memiliki kejujuran, disamping itu ya memang penjelasan kalam Quran yang dianggap para penyair seolah seperti kita 'sihir' karena alunan dan bahasanya, serta lain sebagainya.

    Akibatnya, kita bisa menelaah sirah nabawiah dan sirah/sejarah para sahabat. Bahwa pada masa Rasulullah mereka tampil dengan teladan yang menggetarkan kemanusiaan. Coba deh cek kisah-kisah para sahabat Rasulullah. Dan itu bukan hanya satu dua, atau belasan. Jumlahnya Beuuuuuuuanyak. Dari bacaan-itu kamu pasti dapet kesimpulan yang semakin mantap. Thanks u kunjungannya, udin.

be responsible with your comment