Pantat Kuda

Posted: Kamis, 03 Maret 2011 by Divan Semesta in
3

”Jauhilah olehmu sekalian sifat dengki, karena dengki itu memakan kebaikan seperti api melalap kayu bakar.”*

Kemarin, malam kamis lalu, di Botani Square Bogor saya melihat sebuah keluarga kecil tampak bahagia. Sang suami tampak tersenyum, anaknya bernyanyi-nyanyi mencangklong di punggung ayahnya, sementara sang ibu yang tubuhnya tampak kurus berjalan turun dari elevator.

Saya tak tahu apa yang menyebabkan mereka tersenyum, hingga kemudian, di perbatasan antara elevator dan lantai dasar Botani Square, sang ibu terdengar membicarakan barang yang baru mereka beli.

Rupanya mereka baru saja membeli kasur putih berpegas. Bukan King Koil apa lagi King Kong ataupun Khong Guan. Hanya kasur putih berpegas biasa, yang saya pastikan dalam jangka waktu ke depan, pegasnya bakal bermasalah.

Saya tersenyum melihat kebahagiaan mereka. Kebahagiaan yang orisinil. Saya suka dengan hal itu.

Sambil sesekali memperhatikan Nyala berlari-lari kecil, saya tiba-tiba teringat oleh beberapa orang yang saya kenal. Teringat kepada orang yang suka sekali mengomentari hal-hal yang tak perlu. Mungkin, jika mereka melihat kebahagiaan yang ditimbulkan dari keberadaan kasur putih berpegas itu, mereka akan bilang:

“Alah, beli kasur aja bahagianya dah kayak gitu!”

He.he. itu mungkin loh, dan itu penyakit hati, saya tahu itu, tapi bagaimana yah?

Beberapa yang saya kenal itu memang selalu saja berkomentar yang aneh-aneh, berkomentar yang tak perlu. Dan saya tahu disekitar kita pun masih banyak yang begitu. Mungkin jangan-jangan kamu yang tengah membaca tulisan ini juga.

Amit-amit deh .

Jika kita mengatakan. “Alah beli kasur aja bahagianya kayak gitu!” (lha emangnya harus punya kasur yang terbuat dari bulu angsa, bulu ketek, bulu babi baru bisa bahagia?)

“Alah makan di emperan jalan aja kok kayak makan mewah aja!” (Bleh, emangnya harus makan daging manusia dulu kalau mau bahagia. Emangnya harus makan kotoran trenggiling dulu supaya buat kita bahagia, emangnya harus makan gulali dari pantat kuda dulu baru bisa bergembira. Bleh!).

Duh, saya yakin Allah maha adil, menebarkan kebahagiaan di mana saja. Menebarkannya di tempat yang tak terduga. Dan kasihan sekali orang yang menderita di atas kebahagiaan orang. Terbakarlah mereka.

Note:
*(HR. Abu Dawud, no. 4257)

3 komentar:

  1. rony says:

    brad, saya bahagia bisa komentar disini... hahaha

  1. Anonim says:

    berbahagialah orang-orang yang bisa senang dan bahagia atas hal-hal yang "kecil"...

    hasan

  1. Saya sangka bakal dikomentarin, bahagialah melihat pantat kuda :D (stress mode on) :D.

    Kebahagiaan kecil, Seperti naik angkot, angkutan umum, yang ditulisan kang hasan itu. Seperti saya bangga terhadap bebek 70 yang saya tinggalkan di malang. :)

be responsible with your comment