Ruh Anarkisme

Posted: Minggu, 14 November 2010 by Divan Semesta in
2


Add caption
Anak muda itu berkisah padaku mengenai petualangan petualangannya, mengenai kisah sadomasokismenya, mengenai kegemarannya akan bir dan tumpahan alkohol yang di tumpahkan dalam ember untuk ia konsumsi, tentang jamur tahi sapi yang ia gunakan untuk mencapai trance. Apakah orang-orang seperti ini semakin bertambah banyak? Aku tak tahu.

Mungkin pemuda-pemudi yang dahulunya melakukan petualangannya yang sama dengan pemuda itu pun ada banyak yang memutuskan untuk menjangkarkan sauh petualangannya kemudian menjalani kehidupan yang bisa dianggap sebagai kehidupan ‘rahib’ pada saat ini. Aku tak tahu, aku hanya mendengarkan ocehannya tentang orang-orang berkumpul di sebuah auditorium yang menjadi ajang beberapa kolektif anarki di Indonesia.

“Tidak ada yang berani melarang apa yang kami lakukan disana.” Ujarnya bangga. “bahkan security pun diam tak melakukan apa.

Di dalam auditorium itu, sing along dilakukan, pesta minuman beralkohol, dan mungkin juga dibagi-bagikannya jamur tertawa yang konon bisa membuat seseorang menjadi darwish, dan tak lupa juga pergaulan bebas yang mendebarkan dan luar biasa mengasyikan.

“Seperti FPI saja,” sindirku tidak langsung padanya.
“FPI bagaimana?”

Aku tahu bagaimana perguruan tinggi menempatkan securitynya. Berapa budget yang management kampus sediakan untuk pengamana sebuah acara. Bagaimana mungkin mereka yang berjaga saat itu, berani menghadapi ratusan orang. Jangankan security segerombolan polisi pun belum tentu berani menghadang ketika pendukung Persib, The Jack apalagi Arema dan Bonek melakukan konvoi.

“Tapi bedalah, antara FPI dengan kami.” Katanya sambil menyebut nama kolektif itu.

Bukankah, Michael J. Levit yang membandingkan antara Kluk-Klu Klan dengan agen properti (Freakonomics) bukan berarti buta sama sekali dengan banyaknya perbedaan. Ia menggunakan perbandingan itu untuk menarik perhatian.

Pemuda itu lantas bicara tentang hal yang sudah kuketahui. Bicara tentang apa yang menggerakan FPI dan menggerakan kelompoknya. Aku hanya tertawa, karena dalam pembicaraan sebelumnya ia mengisyaratkan bahwa kolektifnya kelihatan berani melakukan aksi pora dihadapan petugas keamanan. Aku hanya tertawa, mentertawakan lucunya pembelaan dia terhadap ide yang saat ini memang mengurat nadi di kehidupannya.

Mungkin ia menyangkal bahwa ia menganut anarkisme, karena mentornya pun jauh-jauh hari sudah mengatakan bahwa ia sudah tidak tertarik lagi dengan ide-ide yang semakin hari semakin menjadi agama, tapi tak bisa disangkal perubahan-perubahan yang terjadi berawal dari perkenalannya dari anarkisme, termasuk perubahan kehidupan yang ia anggap sebagai kehidupan sang petualang.

***

Dulu aku mengagumi ide anarkisme karena mereka menempatkan kebebasan individu dalam porsi yang sedemikian luas disbanding marxisme, maka ketika masih berumur 23-25 aku pernah berkata, seandainya aku tak mengenal islam semenjak menjadi atheis, mungkin aku akan menjadi seorang budhis. Tapi kemudian pernyataan itu berubah, bahwa aku mungkin akan menjadi seorang marxis, kemudian kuubah lagi menjadi seorang anarkis.

Kini, semakin hari, hijab itu semakin dibukakan oleh Allah. Buku-buku yang kubaca termasuk mengenai teori konspirasi, --jika dilihat satu persatu—memang hanya memberiku kepingan-kepingan puzzle. Aku membaca zine-zine anarki, disatu sisi aku pun membaca teori konspirasi dari mulai Protocol of Zion, novel fiksi Da Vinci Code dan Angel and Demon, juga menonton puluhan video konspirasi termasuk The Arrival dan menelaah ensiklopedia sejarah bangsa-bangsa besar dunia.

Semakin orang mengasah sebuah bidang, meski secara tidak sengaja ia akan semakin tajam menganalisa. Fakta-fakta yang hadir, yang posisinya acak secara otomatis akan telihat seperti sebuah jalinan. Semakin jelaslah pertempuran macam apa yang terjadi saat ini, yakni pertempuran kekal antara agama tauhid dengan agama ad dajjal, agama bisikan.

Sama halnya dengan agama tauhid yang meninggalan foot print yang sama di setiap peradaban, setiap zaman, demikian pula dengan ajaran dajjal yang diwariskan. Warisan ajaran itu merentang dari zaman ditetaknya Habil oleh Kabil, zaman epic epic Babilon, kemegahan Mesir hingga –mungkin agama The Last American Girl yang menggunakan rain coat di era nuclear winter. Kita tak menyadari warisan itu ada di mana-mana, bahkan melekat seperti parasit di dalam budaya local.

***

Beberapa waktu lalu aku membaca pdf book mengenai Praktik Yoga Merah Hitam yang didalamnya berisi banyak makian terhadap kaum fundamentalis agama, mantra mantra serta alat dan teknik yang digunakan untuk praktik tenung seperti bandul-bandul, arak, air suci, pemujaan terhadap hubungan bebas yang disimbolisasi Membacanya aku dan istriku tertawa, karena penulisnya benar benar mencampuradukan antara ajaran mistis kejawan dengan filsafat modern yang menjadikan Kropotkin dan Enrico Malatesta sebagai nabinya yang mengumandangkan ajaran kebebasan.

Perhatikan pertanyaan-pertanyaan ini yang diungkap di awal-awal pdf buku Yoga Merah Hitam itu: (1) Lebih berharga manakah: kebenaran atau kebebasan? (2) Manakah yang lebih anda pilih: iman atau kehidupan? (3) Apakah anda bersedia dipilih untuk menjadi seorang pemimpin? (4) Apakah anda bersedia dipimpin oleh seorang yang bijaksana? (5) Apakah anda suka minum-minuman keras? (6) Apakah anda percaya dengan norma-norma masyarakat? Motto kunci: kebebasan lebih berharga diandingkan dengan kebenaran. Dsb.

Dalam perjalanan mengenal anarkisme Aku pun menemukan banyak symbol-simbol penyerapan energy alam yang merujuk kepada ajara Itching-atau darwish-darwish yang dihukum mati. Semua itu ajaran mistis purba. Anarkisme lahir dari rahim yang sama. Rahim ad dajjal. Para anarkis yang kutemui dikisaran tahun 2003 hingga saat ini, banyak menghidupkan kembali symbol pemujaan Isis dan Raa. Menghidupkan symbol-symbol mitologi Mesir kuno yang menjadi antitesa ide ketauhidan, atau juga menghirup kembali kisah kisah mitologi Yunani pagan atau Babylon, melalui rajahan-rajahan di tubuh atau desain-desain yang dicetak di sampul kaset, cd. Mempraktikan kembali ritual Lupercalia, ritual penyatuan lingga dan yoni.

Anarkisme memang dianggap lahir pada abad modern yang tercerahkan. Akan tetapi kita bisa melihat bagaimana anarkisme menyerap energy dengan menghidupkan symbol-simbol dan ide-ide kuno, hingga aha eleberniskup pun terbentuk. Aha! tak heran para anarkis akan merasa dekat dengan para penganut kejawen, sunda wiwitan atau kaum gypsi dengan praktik-praktik sihirnya. Anarkisme lekat dengan culture grin core, death metal bukan hanya melalui symbol bapahomet, atau symbol tiga jarinya tetapi juga dengan frame yang sama mengenai pengagungan, penyucian terhadap kebebasan.

***

Warisan-warisan ad dajjal akan terus bermetamorfosa ke dalam kehidupan modern, masuk melalui ilmu pengetahuan, melalui Marxisme, melalui tongkat-tongkat sihir BTS, ditanamkan melalui mantra-mantra lagu-lagu hits MTV hingga goyangan pingul Dewi Persik yang chaotic dan mistik, bangunan-bangunan yang menyerap energy dan kerajaan terbesar ad dajjal di bawah naungan slogan new world order.

Ya, ya... aku tahu kalangan anarkis akan menganggap tulisan ini sebagai ajaran ‘cucologi’, ajaran cocok-mencocokkan. Mereka pikir dengan membenci Kapitalisme, anarkisme atau komunisme akan terhindar dari endusanku akan penyembahan kalangan illuminati, kabbalah, free mason kepada ide-ide dan sosok ad dajjal. “Bagaimana mungkin syaitan akan membenci setan! Bukankah seharusnya pasukan setan saling membantu untuk menghancurkan ajaran konservatif radikal fundamentalis!? Kenyataannya Anarkisme adalah lawan dari Kapitalisme.”

Kawan, setan berbisik bukan hanya menggunakan ajaran-ajaran kuno dan modern. Mereka berbisik bahkan kepadaku, kepada orang-orang yang tengah mengambil wudhu dan berdzikir ditengah keheningan malam. Setan berbisik padamu. Tujuan awal syaitan bukanlah sekedar bentur membenturkan, tetapi menyebarkan bisikan, menyihir dan hadir dan merasuk di setiap peradaban untuk mencerabut keimanan di setiap nafas anak adam. Mencabut keimanan! Tak peduli kamu Kapitalis, anarkis, komunis, pengagung Anand Khrisna, penyuka emo, para seniman, penyihir, kaum gypsi, tak peduli kamu berseteru atau tidak saling berseteru bisikan itu hadir untuk menjadi pesaing abadi ajaran tauhid, menjadi rival ajaran satu jari, mencerabut kita pada penyembahan Allah, menuju altar penyembahan terhadap alam, ilmu sihir, dan kebebasan.

Kita tengah menanti turunnya pasukan hitam yang akan memberi jeda bagi dunia untuk membersihkan diri, menanti datangnya al mahdi dan al masih.
Wahai para pejuang, wahai para kombatan, siapkanlah tameng-tameng, senjata senjata dan baju zirah keimanan. Islam adalah senjata, adalah bunker, adalah tameng, adalah baju zirah untuk melawan dan menudukkan bisikan itu.
Wahai para pejuang persiapkan dirimu!

(Kembalilah sahabat....)

2 komentar:

  1. Para anarkis mehong di katalis.tk belum juga menjawab komentar dikau Kang. Analisa tentang barter yang dikau kemukakan dengan cerdas dan gamblang itu sepertinya telah berhasil membungkam mereka. Hehehe...

    Yeah, anarkisme tidak akan membuat seseorang menjadi keren! :D

  1. Anonim says:

    Hebat euy si akang....
    siplah.

    hasan abadi kamil

be responsible with your comment